SOLOPOS.COM - Wakil Ketua DPRD Solo, Sugeng Riyanto. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Setelah pendiri Mega Bintang, Mudrick Sangidu, menyuarakan penolakan terhadap rencana penggantian nama Jl Diponegoro menjadi Jl Ngarsapura, sikap yang sama juga disampaikan Wakil Ketua DPRD Solo, Sugeng Riyanto.

Sugeng meminta Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka bisa bersikap bijaksana dan jangan sekali-kali melupakan sejarah (jasmerah). “Kita ingat pesan proklamator Bung Karno, jasmerah. Saya kira pesan ini untuk kita semua, temasuk Mas Wali,” ujarnya.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Mengganti nama Jl Diponegoro dengan nama yang lain itu indikasi jas merah. Jadi malah nanti bisa kualat sama Bung Karno,” imbuhnya. Sugeng memohon dengan sangat agar Gibran mengurungkan niatnya mengganti nama jalan itu menjadi Jl Ngarsapura atau nama lainnya.

Dia justru meminta Gibran agar menggali sisi-sisi kebesaran Pangeran Diponegoro untuk dielaborasi dan mencoba untuk menyebarkan semangat itu kepada generasi muda di Solo agar punya semangat bela negara yang tinggi.

“Justru ini yang harus dilakukan Mas Wali, mengelaborasi nilai-nilai kepahlawanan Diponegoro ke generasi muda,” serunya. Sugeng menjelaskan Ngarsapura telah lama dikenal sebagai nama kawasan di Solo yang terletak di tengah-tengah kota.

Baca Juga: Gibran Ungkap Alasan Ubah Jl Diponegoro Solo Jadi Jl Ngarsapura: Untuk Branding

Kawasan itu sudah cukup terkenal dan memang banyak dikunjungi masyarakat dengan adanya banyak pilihan tempat untuk nongkrong. Sehingga rencana penggantian nama Jl Diponegoro, Solo, menjadi Jl Ngarsapura itu, menurutnya, tidak relevan.

Terlebih penggunaan nama Diponegoro sebagai nama jalan di Solo merupakan bentuk penghargaan masyarakat Solo. Penghargaan itu ditujukan kepada Pangeran Diponegoro yang telah berjasa besar dalam mengusir penjajah Belanda saat Perang Jawa pada 1825-1830.

Jasa Besar Pangeran Diponegoro

Walau pada akhirnya Pangeran Diponegoro dikhianati dan ditangkap oleh Belanda, jasanya tetap tak boleh dilupakan. “Kita tahu perang Jawa perang terbesar yang dihadapi Belanda, menghabiskan keuntungan Belanda 10 tahun menjajah di berbagai negara. Keuntungan 10 tahun habis untuk meladeni Pangeran Dipongeoro. Kebangkrutan yang luar biasa,” urainya.

Baca Juga: Gibran Ingin Ubah Nama Jl. Diponegoro Solo, Pendiri Mega Bintang Tak Setuju

Dengan dampak seperti itu, Sugeng meyakini semua sepakat bahwa perlawanan yang dilakukan Pangeran Diponegoro sangat luar biasa dahsyat. “Dan tentu sudah sepatutnya diapresiasi dengan melestarikan menjadi nama jalan di Solo,” tegasnya.

Sebelumnya, pendiri dan Ketua Dewan Pembina Mega Bintang, Mudrick Sangidu, mengaku sudah mengirimkan surat kepada Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka yang intinya menyatakan penolakan Jl Diponegoro diubah namanya menjadi Jl Ngarsapura.

Ada beberapa alasan yang diungkapkan Mudrick, pertama menyangkut penghargaan terhadap jasa besar Pangeran Diponegoro dalam perjuangan menghapus penjajahan dari Indonesia. Alasan kedua, Ngarsapura sudah dijadikan nama pasar yang berada di sebelah barat Jl Diponegoro.

Baca Juga: Pemkot Solo Ingin Koridor Gatsu-Ngarsopuro untuk Jualan Kuliner Tanpa Limbah

Di sisi lain, Gibran mengatakan tidak bermaksud menghilangkan nama Diponegoro sebagai nama jalan di Kota Solo. Ia hanya mewacanakan mengubah nama Jl Diponegoro menjadi Jl Ngarsapura karena dari sisi branding, nama Ngarsapura lebih populer untuk kawasan tersebut.

Sedangkan nama Diponegoro akan dipakai untuk nama jalan yang lebih panjang dan lebih besar. Ia mengaku sudah mendapatkan beberapa masukan jalan mana yang akan diberi nama Diponegoro. Namun, ia belum mau mengungkapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya