SOLOPOS.COM - Para siswa, guru, dan karyawan seusai menggelar kegiatan Roots Day di SMK Muhammadiyah 5 Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, Senin (22/11/2021). (Istimewa/Imron Rosidi)

Solopos.com, WONOGIRI—SMK Muhammadiyah 5 (Muhima) Purwantoro, Kabupaten Wonogiri, mengampanyekan gerakan antiperundungan mulai 2021 ini. Para siswa diberi pemahaman tentang bentuk dan dampak buruk perundungan atau bullying untuk mencegah terjadinya perundungan.

Langkah itu dinilai penting karena banyak siswa yang belum mengetahuinya, sehingga tak sadar merundung siswa lainnya. Terlebih, SMK Muhima Purwantoro merupakan sekolah inklusi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Gerakan antiperundungan merupakan realisasi Program Pusat Keunggulan sekolah tersebut. Sebagai informasi, SMK Muhima Purwantoro memiliki 486 siswa yang terdiri atas siswa Jurusan Teknik Kendaraan Ringan Otomotif (TKRO), Teknik dan Bisnis Sepeda Motor (TBSM), dan Tata Busana.

Baca Juga: Aksi Pencuri Bebek di Jenengan Boyolali Terekam Kamera CCTV

Kepala SMK Muhammadiyah 5 Purwantoro, Imron Rosidi, kepada Solopos.com, Senin (6/12/2021), menginformasikan upaya tersebut diawali dengan deklarasi sekolah menyenangkan yang bebas dari segala bentuk perundungan saat acara Roots Day di sekolah setempat, Senin (22/11/2021) lalu. Roots Day adalah hari unjuk informasi dan kreasi tentang pencegahan perundungan di sekolah.

Kegiatan diikuti seluruh guru dan siswa kelas X, XI, dan XII. Pada kegiatan kali itu ditampilkan berbagai karya siswa, seperti tarian ganong dari ekstrakurikuler Reog Suryo Menggolo, pameran poster antiperundungan, penampilan jingle antiperundungan, dan pemutaran film bertema antiperundungan di sekolah produksi siswa agen perubahan.

“Saat itu kami menghadirkan dua narasumber dari pihak terkait yang memberi pemahaman kepada siswa tentang bentuk-bentuk dan dampak perundungan. Sosialisasi seperti itu penting sekali. Siswa banyak yang belum tahu perundungan itu apa, dampaknya apa. Karena tak tahu tanpa disadari mereka merundung teman yang lain. Misalnya memanggil teman dengan nama lain yang mencirikan postur tubuh [gemuk/gendut, kurus, pendek/cebol]. Seperti itu enggak boleh,” kata Imron saat dihubungi Solopos.com.

Baca Juga: Wahana Baru Wisata Batu Putih Bayat Klaten Ditarik Lagi ke Gudang

Dia melanjutkan, sekolah juga sudah membentuk siswa agen perubahan. Ada 30 siswa yang tergabung di dalamnya. Mereka diberi pemahaman mengenai pencegahan perundungan.

Selanjutnya mereka menjalankan tugas mengampanyekan gerakan antiperundungan kepada siswa lainnya, minimal teman sekelas. Mereka mengingatkan para siswa agar tak merundung teman, baik di sekolah maupun di luar sekolah, termasuk di media sosial (medsos).

Gerekan antiperundungan di sekolah untuk menciptakan pembelajaran yang nyaman dan penuh kegembiraan. Jika kondisi itu tercipta siswa dan guru bisa sama-sama produktif dalam belajar. “Gerakan ini juga bagian dari edukasi kepada siswa agar menggunakan medsos dengan bijak,” imbuh Imron.

Baca Juga: LPQ Al-Amin Denokan Sukoharjo Kenalkan Lingkungan Anak lewat Outbound

 

Sejak 2018

Upaya menciptakan sekolah bebas dari perundungan dipandangnya semakin penting, lantaran SMK Muhima Purwantoro merupakan sekolah inklusi. Sekolah tersebut menerima anak berkebutuhan khusus (ABK) sejak 2018.

Saat ini ada satu ABK yang duduk di kelas XI. Imron mengaku sudah mengondisikan siswa agar tak merundung ABK bersangkutan. Siswa diminta menciptakan suasana yang nyaman agar ABK tersebut dapat mengikuti pembelajaran dengan baik.

“Dulu sempat ada siswa yang jahil. Kami langsung membina siswa bersangkutan. Alhamdulillah sekarang sudah tidak pernah ada masalah lagi,” ulas Imron.

Baca Juga: Seleksi Perangkat Desa Wonogiri, Sekolah Sediakan Komputer Cadangan

Dia berkomitmen mengampanyekan gerakan antiperundungan secara berkelanjutan. Sosialisasi seputar pencegahan perundungan juga bakal digelar setiap tahun.

Salah satu siswi kelas XII Jurusan Tata Busana, Sza’sza Nadila, menyambut baik gerakan antiperundingan yang diinisiasi sekolah. Siswi yang biasa disapa Nana itu memandang sosialisasi tentang pencegahan perundungan sangat penting.

Saat ini pembelajaran sudah dilaksanakan dengan tatap muka. Dia menilai, ada potensi terjadinya perundungan saat bertemu teman di sekolah. Salah satu bentuk perundungan yang paling sering muncul, yakni ucapan kotor kepada sesama temannya maupun guru atau karyawan, perkelahian sesama siswa, dan aksi pemalakan oleh siswa lama kepada siswa baru.

Baca Juga: Atasi Tengkes, PKK Wonogiri Realisasikan Bumi Limase pada 2022

“Saya berharap kegiatan semacam ini dapat dilaksanakan secara rutin di sekolah dengan kemasan acara yang berbeda,” ujar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya