SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO — Pihak SMA Warga Solo menduga pengirim pesan singkat atau SMS berisi ancaman bom bukan orang dalam. Dilihat dari isi pesan pengirim dinilai tak mengetahui seluk beluk sekolah.

Pejabat Humas SMA Warga Solo, Budi Prabowo, saat ditemui wartawan di sekolah setempat, Kamis (22/11), menyampaikan hingga saat ini pihak sekolah belum mengetahui siapa pengirim pesan berisi ancaman gedung sekolah akan diledakkan itu.

Promosi Klaster Usaha Rumput Laut Kampung Pogo, UMKM Binaan BRI di Sulawesi Selatan

Ia juga belum mendapat kabar dari polisi bahwa peneror telah tertangkap. Namun, ia menduga peneror bukan dari siswa SMP maupun SMA Warga atau orang dalam lainnya. Dugaan Budi mencuat setelah menganalisa isi pesan ancaman bom tersebut.

Menurutnya, pengirim pesan tidak tahu menahu tentang kondisi nyata sekolah. Dalam pesan yang dikirimkan, lanjut Budi, pengirim mengatakan bahwa siswa SMA Warga mayoritas dari keturunan Tionghoa. Padahal, seluruh siswa SMA yang berjumlah 661 orang itu 90% merupakan keturunan pribumi.

“Hal itu menunjukkan pengirim tidak tahu kondisi sekolah. Jadi, kalau menurut saya pengirim bukan dari orang dalam. Seperti yang dikatakan Pak Kapolresta (Kombes Pol Asjima’in), pelaku hanya orang iseng,” ulas Budi.

Disampaikannya lebih lanjut, setelah kejadian ancaman sekolah bakal diledakkan, Rabu (21/11/2012) lalu, pihak sekolah telah memberi pengertian-pengertian kepada seluruh warga sekolah, terutama para siswa agar mereka tidak panik. Banyak siswa, kata Budi, tidak percaya adanya bom di sekolah. Sehingga mereka sama sekali tidak terpengaruh oleh ancaman itu. Sebelumnya, para guru memperkirakan setelah mengetahui sekolah mendapatkan teror bom para siswa bakal tidak masuk sekolah karena takut.

“Tetapi perkiraan kami meleset. Syukur, hari ini [Kamis] mereka tetap antusias dan masuk sekolah,” imbuh Budi.

Kendati demikian, pihak sekolah tetap mengantisipasi segala kemungkinan buruk. Oleh sebab itu, sekolah memperketat pengamanan dengan menginstruksikan petugas satuan pengamaan (satpam) untuk memeriksa barang yang dibawa orang luar yang hendak masuk ke dalam sekolahan. Selain itu, sekolah memasang 30 unit kamera closed circuit television (CCTV) di dalam dan luar ruang kelas dan tempat lainnya.

Sementara itu, penyidik memeriksa dua orang saksi sebagai tindak lanjut penyelidikan kasus teror bom di SMP dan SMA Warga Solo itu. Kedua saksi yakni, Riyana, 22, selaku guru yang menerima pesan berisi ancaman bom dan pihak sekolah yang diwakili oleh pejabat humas, Budi Prabowo.

Kapolresta Solo, Kombes Pol Asjima’in, melalui Kasatreskrim, Kompol Edy Suranta Sitepu, kepada wartawan, Kamis, mengungkapkan penyidik masih terus mengejar peneror sekolah yang beralamat di Jl Wolter Monginsidi No 17, Tegalharjo, Jebres, Solo itu.

Upaya pengungkapan identitas pelaku itu dilakukan dengan cara melacak nomor telepon yang digunakan untuk mengirim pesan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya