SLEMAN: Memasuki musim tanam tembakau, petani Sleman justru kekurangan bibit. Untuk menutup kebutuhan, petani mengandalkan pasokan dari Muntilan, Magelang dan Prambanan, Klaten.
Suradi, pemilik pembenihan tembakau dusun Bakalan, Donoharjo Ngaglik mengatakan, keterbatasan benih dikarenakan banyak usaha pembenihan gagal. Curah hujan bulan lalu masih tinggi.
Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda
“Akibatnya banyak benih mati saat disemai. Tak sedikit yang terpaksa berhenti produksi dari pada rugi. Jadinya belum mencukupi kebutuhan,” ujar dia, Jumat (17/6).
Menurut Suradi, harga per bibit saat ini relatif terjangkau. Yakni berkisar antara Rp25-Rp60. Turun dibanding musim tanam tahun lalu yang mencapai Rp150-Rp200 per biji.
“Itu saja harga bisa turun lagi nantinya. Bagi petani tentu menguntungkan, harga benih murah sementara harga panen diprediksi naik,” imbuh dia.
Dalam sekali tanam, setiap petani rata rata membutuhkan 20.000 benih per hektare. Rata rata panen mencapai sekitar 6 kuintal per hektare. Tahun ini diperkirakan harga tembakau panen akan menembus Rp200.000 per kilogram.
Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia, Sleman, Suwarji mengatakan, tingginya harga disesuaikan dengan cuaca tahun ini yang memang mendukung. Kemarau panjang, kata dia, akan menghasilkan tembakau berkualitas tinggi.
Untuk Sleman rata rata bisa mencapai grade A sampai F, sedangkan grade G merupakan grade tertinggi. Karena cuaca mendukung inilah, semua pabrik rokok nasional menyatakan siap membeli semua tembakau Sleman.
“Ada lima pabrik besar yang sudah menyatakan siap membeli. Harga tentu akan bersaing,” ujar dia seraya berharap panen tahun ini akan menutup kerugian besar yang dialami petani tembakau tahun lalu akibat hujan.(Harian Jogja/Sumadiyono)
Foto Ilustrasi