SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, SLEMAN-Setelah mencanangkan diri sebagai kabupaten menuju layak anak, Sleman harus bekerja keras memenuhi berbagai indikator kelayakan. Indikator-indikator tersebut mampu mewakili terpenuhinya hak-hak anak.

“Masalah anak-anak kan banyak. Tidak punya status, pendidikan yang layak, anak yang dipekerjakan. Itu pekerjaan rumah kita bersama,” Kepala Badan Keluarga Berencana, Pemberdayaan Masyarakat dan Pemberdayaan Perempuan (KBPMPP) Kabupaten Sleman, dr. Nurul Hayah, Jumat (4/4/2014).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Program layanan akta kelahiran yang telah berjalan mulai Januari lalu, dikatakan dr.Nurul Hayah sebagai contoh pemenuhan hak sipil dan kebebasan anak. “Kita harap juga tidak ada anak yang punya anak,” ujarnya kemudian saat menjelaskan pemenuhan kebutuhan akan lingkungan keluarga dan pengasuhan alternatif yang kondusif.

Selanjutnya, kesehatan dasar dan kesejahteraan anak bisa dilihat dari tercukupinya gizi untuk tumbuh berkembang. “Misalnya tidak ada angka kematian bayi karena gizinya kurang dan dukungan untuk ASI (air susu ibu) eksklusif,” jelas dr. Nurul Hayah. “Kalau kluster perlindungan khusus itu terkait anak-anak yang berhadapan dengan masalah hukum,” tambahnya.

Syarat yang tidak kalah penting adalah terpenuhinya hak pendidikan, pemanfaatan waktu luang, dan seni budaya. “Tidak ada lagi anak-anak ang tidak sekolah di usia sekolah, kita menyediakan fasilitas tempat bermain anak, dan terdapat sanggar seni budaya di setiap kecamatan,” kata dr. Nurul Hayah.

Diantara beberapa indikator tersebut, fasilitas dan sarana bermain anak menjadi perhatian khusus bagi Tyagita Darmala Putri, psikolog bidang pendidikan. “Sarana anak bermain masih kurang. Padahal itu penting agar anak bisa belajar sosialisasi,” urainya.

Jika ingin menjadi kabupaten layak anak, Tyagita Darmala Putri mengatakan Sleman harus menyediakan fasilitas perkembangan anak. “Pastikan lingkungan anak aman. Sekarang orang tua khawatir membiarkan anaknya bermain di luar,” ujarnya.

Sarana bermain sesuai perkembangan anak, seperti taman bermain dinilai masih kurang. “Akhirnya mereka lari ke game online. Sosialisasi anak jadi berkurang,” kata Tyagita Darmala Putri. Menurutnya, game online yang syarat akan gambaran kekerasan akan berbahaya, apalagi jika anak sampai kecanduan.

Permainan tradisional dikatakan lebih ramah bagi perkembangan anak. “Mereka akan belajar berempati, toleransi, melatih emosi, dan berbagi,” ucap Tyagita Darmala Putri. Senada, dr.Nurul Hayah pun mengatakan, “Permainan tradisional harus kita angkat lagi. Ada nilai gotong royong dan tenggang rasa karena anak tidak bermain sendiri.”

Pihak Badan KBPMPP Sleman mengakui jika sarana bermain anak masih sangat kurang. “Kita sedang menyiapkan. Kita akan upayakan di Denggung,” ucap dr. Nurul Hayah. Dia menargetkan, Sleman sudah bisa menjadi kabupaten layak anak pada 5 tahun mendatang. “Sekarang kita mau bahas indicator desa layak anak,” ungkapnya kemudian. Setidaknya sudah ada 3 desa di Sleman berpredikat desa layak anak, yaitu Tridadi, Pendowoharjo, dan Triharjo. (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya