SOLOPOS.COM - Mendiang Slamet Gundono (JIBI/Solopos/Dok.)

Solopos.com, SOLO — Kelompok seni yang digawangi Slamet Gundono, Komunitas Wayang Suket, membuktikan regenerasinya terus bergulir. Eksistensi mereka pascaditinggal pergi Sang Dalang, dibuktikan lewat pentas wayang multimedia dengan lakon Gunadewa Pulih. Pementasan perdana ini bakal digelar di Pendapa Sriwedari, Minggu (23/2/2014), mulai pukul 09.00 WIB.

Pementasan berdurasi satu setengah jam ini dibawakan oleh Dalang Ki Waluyo Sebat dan anggota Komunitas Wayang Suket lainnya, seperti Agung Wibowo, Joko Abad, Dwi Priyo, Sunyo Insani, Rahma, Cristhoper, Philipus T. Setiawan, Jariyanto, Agung Biola, Dodik, Turah, dan Honggo Utomo. Sementara tiga seniman kondang Kota Bengawan antara lain Hanindawan, Doel Sumbing (Pecas Ndahe), dan Max Baihaqi didaulat sebagai bintang tamu untuk menyemarakkan panggung pertunjukan.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Kerabat Slamet Gundono yang kini ditunjuk sebagai nahkoda Komunitas Wayang Suket, Sri Waluyo, mengutarakan pementasan regenerasi ini bakal berbeda dengan suguhan yang lazim dibawakan pamannya. Pementasan yang dilakukan dalam rangka kampanye Setop Tuberkulosis (Tb) ini akan menggunakan kombinasi wayang golek, wayang kulit, dan wayang suket.

“Om Gundono dulu punya latar teater, jadi dengan wayang suket saja pementasan sudah kuat. Sementara saya berangkat dari wayang golek pesisiran. Kalau hanya pakai wayang suket saja susah menyampaikan pesannya. Saya coba kombinasikan 30% wayang suket dan 70% lainnya wayang golek dan kulit,” terang dalang yang akrab disapa Ki Waluyo Sebat ini, saat berbincang dengan wartawan, di Solo, Selasa (18/2/2014).

Menurut Waluyo, lakon pementasan ini sudah selesai ditulis Slamet Gundono jelang kepergiannya, Januari lalu. Namun penulisan plot cerita tersebut, lanjutnya, masih menyisakan babak penutup yang belum digarap. “Ending cerita ini nantinya kemungkinan akan saya buat menggantung. Saat ini saya masih membicarakan proses kreatif yang paling pas bersama teman-teman komunitas,” urainya.

Selain hadir dengan wayang multimedia, yang membedakan penampilan Komunitas Wayang Suket sebelum dan pascakepergian Slamet Gundono adalah keberadaan bintang tamu pendukung pementasan. Mereka inilah yang nanti nantinya bertindak mengisi celah kekosongan pertunjukan. “Kalau dulu Om Gundono bisa jadi aktor, monolog, penyanyi, pelawak, dan dalang. Sekarang komposisinya akan berubah. Saya memang tidak berniat meniru, jadi ada beberapa teman seniman yang dilibatkan untuk membuat pertunjukan makin gumregah. Ke depan, kami juga akan menggandeng penyanyi Solo seperti Endah Laras, Cahwati, dll.,” ungkapnya.

Manager Komunitas Wayang Suket, Honggo Utomo, beberapa waktu lalu, mengatakan Slamet Gundono sebelumnya digandeng sebagai duta Anti-Tb oleh penyelenggara kegiatan yang dimotori Yayasan Stop Tb Partnership Indonesia, Perkumpulan Pemberantasan Tuberkulosis Indonesia (PPTI), Kemeterian Kesehatan Republik Indonesia, dan Yayasan Stop Tb Partnership Jepang.

Lakon ini mengisahkan kehidupan Gunadewa yang menderita penyakit menular dan menghebohkan Astina. Kepanikan warga kerajaan tempat tinggal Pandawa ini makin menjadi tatkala mengetahui Semar, yang merupakan manusia setengah dewa, ikut tertular penyakit ini. Di tengah kepanikan yang melanda Astina, tabib Sadewa hadir memberikan pencerahan penanganan penyakit ini ke tengah-tengah masyarakat.

Semar yang dikenal dengan kebijaksanaannya, melakoni setiap petuah Sadewa dan berhasil sembuh dari penyakit yang menyerangnya. Namun Gunadewa yang merasa rendah diri, enggan menjalani pengobatan dan pilih terpuruk mengasingkan diri. Semar pun turun tangan untuk membujuk Gunadewa agar mau menjalani pengobatan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya