SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Yayasan Abhipraya Insan Cendikia Indonesia (YAICI) menggandeng Pengurus Pusat Muslimat Nahdlatul Ulama (NU) untuk menyosialisasikan susu kental manis (SKM) bukan produk susu.

“Produk SKM bukan susu, hanya topping pelengkap untuk makanan dan minuman,” kata Kepala Bidang Kesehatan Masyarakat pada Dinas Kesehatan Kota Semarang Endah Emayanti di Kota Semarang, Jawa Tengah, Selasa (30/10/2018). Hal tersebut diungkapkannya saat diskusi bertajuk “Mewujudkan Indonesia Emas 2045, Bijak Menggunakan SKM” yang digelar PP Muslimat NU dan YAICI yang dihadiri sekitar 200-an anggota Muslimat NU.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Menurut dia, SKM banyak mengandung lemak, gula, dan karbohidrat yang menjadi sumber penyakit tidak menular, seperti obesitas dan diabetes sehingga jangan diberikan kepada bayi dan balita. Sumber masalah penyakit tidak menular, kata dia, ada pada pola dan gaya hidup sehingga untuk menciptakan generasi emas pada 2045 harus memperhatikan nutrisi pada masa emas atau golden period.

Ia mengatakan masa golden period, yaitu masa ibu hamil dan pertumbuhan bayi selama 1.000 hari yang harus diperhatikan ketercukupan nutrisi untuk menciptakan generasi emas pada 2045. “Nutrisi paling baik dan lengkap buat bayi adalah air susu ibu (ASI). Sebaik apapun susu formula, masih kalah oleh ASI. Kekurangan asupan nutrisi menyebabkan stunting dan kurang gizi,” ujarnya.

Ketua YAICI Arif Hidayat menjelaskan selama ini kesehatan masyarakat terganggu akibat iklan yang menyesatkan, seperti produk SKM disebut produk susu yang mengecoh kalangan ibu-ibu. “Jadi, tidak salah jika sampai saat ini ibu-ibu tahunya SKM adalah produk susu. Untuk meluruskan persepsi itu, kami meminta pemerintah dalam hal ini Badan Pengawas Obat dan Makanan [BPOM],” katanya.

Setidaknya, kata dia, produk SKM sudah ada dan iklannya diedarkan sebagai susu sejak 1922. Karena itulah, jelasnya, BPOM memiliki peran untuk menegur produsen yang menyalahi aturan cara beriklan maupun membuat label kemasan.

Sebelumnya, SKM diiklankan sebagai produk susu dengan bintang iklan anak-anak yang sedang minum susu atau menampilkan ilustrasi keluarga bahagia yang sedang minum susu bersama-sama. Iklan tersebut sudah ditarik dari peredaran dan tayangan di televisi, namun sampai sekarang ini masih terdapat tayangan iklan SKM yang menampilkan anak-anak melalui penggunaan media sosial, seperti Youtube.

Sementara itu, Kepala Bidang Penindakan Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan (BBPOM) Jawa Tengah Zeta Rina Pujiastuti mengatakan pengawasan produk pangan, terutama SKM menjadi tanggung jawab bersama. “Mari kita sama-sama mengawasi produk pangan yang beredar di pasaran. Jika ada ketidaksesuaian antara kandungan dengan iklan, laporkan kepada kami. Kami akan menindaklanjuti,” katanya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya