SOLOPOS.COM - Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. (Harian Jogja-Reuters)

Solopos.com, JAKARTA –Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa semester I/2021 pemulihan ekonomi di tengah pandemi sudah terlihat cukup baik.

Akan tetapi pada periode selanjutnya akan sangat bergantung pada penanganan Covid-19. Mengingat saat ini Indonesia tengah dihantam gelombang lanjutan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Meski pada triwulan I masih terkontraksi 0,74 persen, pada kuartal selanjutnya diperkirakan tumbuh melesat, yaitu sekitar 7 persen. Dengan begitu, pada semester awal, angkanya dalam rentang 3,1 persen hingga 3,3 persen.

“Untuk semester II akan sangat bergantung pada kondisi Covid-19. Terutama berapa lama kenaikan Covid-19 dan pengetatan akan dilakukan,” katanya pada konferensi pers virtual, seperti dilansir Bisnis.com, Senin (5/7/2021).

Baca Juga: PPKM Darurat Pasti Tekan Ekonomi, Tapi Nggak Separah 2020

Sri Mulyani menjelaskan bahwa berdasarkan skenario moderat, yaitu bulan ini pandemi sudah bisa dikendalikan lalu Agustus sudah ada aktivitas normal, ekonomi pada triwulan III bisa mendekati 5 persen. “Namun jika restriksi cukup panjang, maka pemulihan ekonomi pada triwulan III bisa turun di sekitar 4 persen,” jelasnya.

Hal tersebut, terang Sri harus diwaspadai. Oleh karena itu, kecepatan imunitas bersama melalui vaksinasi menjadi syarat yang sangat penting. Akan tetapi tidak lupa pula dengan protokol kesehatan.

“Sehingga kondisi dari Covid-19 bisa tetap dikendalikan namun pemulihan ekonomi bisa tetap dipertahankan,” ucapnya.

Baca Juga: Dampak PPKM Darurat, Startup Foodtech Berpeluang Tumbuh 35 Persen

Defisit Negara

Di sisi lain, Menkeu juga mengatakan bahwa realisasi pendapatan negara hingga semester I/2021 mencapai Rp886,9 triliun. Angka ini tumbuh 9,1 persen dibandingkan tahun lalu dan 50,9 persen dari target anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN) 2021.

“Pertumbuhan pendapatan 9,1 persen ini dibandingan tahun lalu yang mengalami kontraksi 9,7 persen adalah kenaikan yang sangat tinggi dan bagus,” katanya pada konferensi pers virtual, Senin seperti dilansir Bisnis.com.

Sri menjelaskan bahwa jika dirinci, penerimaan pajak Rp557,8 triliun atau tumbuh 4,9 persen dibandingkan tahun lalu. Pada 2020, pungutan negara mengalami kontraksi yang cukup dalam, yaitu 12 persen atau hanya RP531,8 triliun.

Dari bea cukai, terkumpul Rp122,2 triliun atau tumbuh 31,1 persen. Dibandingkan tahun lalu yang naik 8,8 persen, loncatan ini lebih dari 3 kali lipat.

Baca Juga: Dukung Kebijakan PPKM Darurat, SG Gandeng Komunitas Milenial Salurkan Bantuan Penanggulangan Covid-19

Penerimaan negara bukan pajak realisasinya Rp206,9 triliun. Capaian ini, tambah Sri juga luar biasa karena naik 11,4 persen dari tahun lalu Rp185,7 persen yang mengalami kontraksi 11,2 persen.

Kemudian dari belanja negara, pemerintah telah mengeluarkan Rp1.170 triliun atau tumbuh 9,4 persen. Kenaikan yang cukup besar dari belanja pemerintah pusat yang mencapai Rp696,3 triliun atau naik 19,1 persen.

Dari kementerian/lembaga (K/L), belanjanya Rp449,6 triliun atau melonjak 28,3 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sedangkan non-K/L Rp346,7 triliun atau naik 8,9 persen.

Sri mencatat transfer ke daerah dan dana desa (TKDD) masih mengalami kendala. Hingga semester I ini hanya Rp373,9 triliun atau mengalami kontraksi 6,8 persen. Meski TKDD sudah ditransfer, pemerintah daerah masih belum menggunakannya. “Untuk realisasi semester ini, kita mengalami desifits Rp283,2 triliun atau 1,72 persen,” jelasnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya