Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Pengamat kehidupan raja-raja Jawa, Otto Sukatno CR, menjelaskan eksistensi Keraton di mata masyarakat di Soloraya dan juga Jawa Timur masih diakui. Itulah sebabnya, meski tak lagi memiliki kekuatan politik, Keraton tetap memiliki kekuatan dan pengaruh sosial budaya di masyarakat, terutama kalangan abdi dalem.
”Itulah sebabnya, kenapa Keraton sampai sekarang diperebutkan sampai pecah jadi dua raja,” papar peneliti dan juga penulis buku Seks Para Pangeran: Tradisi dan Ritualisasi Hedonisme Jawa tersebut.
Otto menilai Raja Keraton adalah seorang figur. Secara tak langsung, ia memiliki basis massa di kalangan abdi dalem serta masyarakat yang masih menghormatinya. Ketika ia tersangkut skandal asusila, basis massanya juga akan terpengaruh. ”Pasti terpengaruh. Hla dia kan publik figur,” paparnya.
Skandal seks di lingkungan kerajaan, kata Otto, sebenarnya bukanlah hal baru. Hasil penelitiannya selama ini mengungkapkan bahwa perilaku seksual di lingkungan kerajaan bukan hanya gaya hidup hedonisme, melainkan telah menjadi strategi politik. ”Makanya banyak selir-selir. Namun, itu juga strategi politik untuk menyatukan dan menundukkan lawan dengan jalan pernikahan,” papar pria yang tinggal di Jogja ini.
Meski demikian, skandal seks sebenarnya menimpa banyak orang. Persoalan itu menjadi heboh lantaran diduga melibatkan raja. ”(Skandal) seks itu bisa menimpa siapa pun. Cuma, karena melekat dengan raja, makanya jadi ramai,” paparnya.