SOLOPOS.COM - Korban pencabulan, At, 16, membuat kerajinan tangan dari kain di rumah budenya di Baki, Sukoharjo, Minggu (28/9/2014). Kegiatan itu dilakukan remaja itu untuk mengisi waktu luang setelah putus sekolah. (Rudi Hartono/JIBI/Solopos)

Solopos.com, SOLO—Skandal Keraton Solo kasus pencabulan yang diduga dilakukan Raja Solo, PB XIII masih diperiksa kepolisian. Polres Sukoharjo dalam waktu dekat akan meminta keterangan PB XIII atas tuduhan yang dialamatkan kepada raja Solo tersebut. (Baca Juga: PB XIII Akan Dipanggil)

Korban dugaan pencabulan PB XIII merupakan siswa SMK di daerah Pabelan, Sukoharjo, At, 16. Kini At telah keluar dari bangku sekolahnya. Aktivitas sehari-hari At, membantu budenya yang tinggal di Baki, Sukoharjo. (Baca Juga: Wt Status Tersangka, PB XIII Belum)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

At, 16, berjalan perlahan dari lorong rumah dengan perut buncitnya menuju ruang tamu sesaat budenya, KG, 45, memanggilnya, Minggu (28/9/2014). (Baca Juga: Akhirnya Korban Pencabulan Berani Bertemu Wartawan)

Remaja korban pencabulan yang diduga dilakukan oleh Raja Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat, Paku Buwono (PB) XIII, itu seketika mengembangkan senyuman setelah bertemu Solopos.com.

Diambilnya kursi plastik yang sebelumnya sudah ada di ruang tamu. Sambil memegangi perutnya yang besar perlahan At duduk di kursi itu.

Tujuh bulan sudah dia mengandung. Panas udara yang telah merampas kesejukan pagi membuat At sesekal mengibaskan telapak tangan ke mukanya. Sementara ini dia ikut budenya di Baki, Sukoharjo.

Senyum At tiba-tiba sirna tatkala budenya membuka perbincangan dengan cerita pilu tentang proses hukum terhadap PB XIII yang tak kunjung rampung.

At seperti kembali menyeberangi kenangan menyesakkan dada tentang lelaki dia yakini telah menghamilinya itu. Dia hanya menundukkan kepala.

Sebelum dia tenggelam ke dalam kesedihan, Solopos.com berusaha mengalihkan perhatiannya.

At menceritakan, setelah menyatakan berhenti sekolah di SMK swasta di Pabelan, Sukoharjo, tak ada kegiatan tetap yang dia lakukan.

Agar tidak bosan At menyibukkan diri dengan membuat berbagai pernik terbuat dari kain, seperti gantungan kunci, dompet HP, dan lainnya.

Ketika tubuhnya tak lagi bisa diajak kompromi karena tak kuat duduk, dia membaringkan tubuh di depan televisi.

Bagi dia, saat ini menonton televisi adalah hiburan paling ampuh untuk mengusir ingatan atas peristiwa pahit yang dialaminya, awal Maret lalu.

“Kalau tidak nonton TV, bantu-bantu bude memotong kain, pasang kancing, atau memasak. Pokoknya yang ringan-ringan saja,” ujar At.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya