SOLOPOS.COM - Situs Watu Jaran Dusun Karangdawa (Facebook/Jayin Saputra)

Solopos.com, BREBES — Kawasan Brebes Selatan memiliki beberapa desa yang menyimpan sederet benda peninggalan sejarah. Salah satunya di Dusun Karangdawa, selatan Desa Laren, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah yang terdapat situs Watu Jaran.

Dilansir dari sebuah literasi yang ada di kemdikbud.go.id, Sabtu (12/3/2022),  situs ini berbentuk kuda (jaran) tanpa kepala. Selain itu, disana juga terdapat batu yang menyerupai tapal kuda, tempat minum kuda, tempat makan, hingga bahkan ada beberapa batu bata yang dulunya adalah kandang kuda tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Saat ini, Watu Jaran di Brebes sudah dibuatkan gubug dan dirawat oleh sang juru kunci yang bernama Mbah Sainah. Cikal bakal situs ini berawal pada zaman perang oleh seorang wali yang menggunakan kuda tersebut sebagai tunggangan atau kedanraan seorang wali. Saat itu, sang wali dengan gagah berani melawan penjajah sampai beliau harus mengorbankan kuda kesayangannya.

Baca juga: Candi Kramat, Kediaman Nyai Rantansari Penunggu Desa di Bumiayu

Sabetan Pedang Penjajah

Pada saat perang berlangsung, kuda tunggangan wali ini terkena sabetan pedang sehingga kepalanya terpenggal dan terpental jauh ke atas bukit. Masyarakat biasa menyebut bukit itu sebagai Bukit Gralang. Karena kejadian itulah, Watu Jaran di Karangdawa berbentuk badan kuda saja, sedangkan kepalanya berada di tanah lapang di atas Bukit Gralang.

Hingga saat ini, situs Watu Jaran di Brebes terus dirawat sebagai warisan sejarah di Dusun Karangdawa. Perawatan ini dilakukan langsung oleh sang juru kunci, Mbah Sainah, dengan cara membersihkannya secara berkala. Sedangkan untuk meruwat Watu Jaran, masyarakat desa setempat harus mengadakan pertunjukkan kuda lumping atau sering disebut dengan ebeg.

Pagelaran ebeg ini diadakan semalam suntuk dan biasanya dilaksanakan di halaman sekolah atau lapangan samping Watu Jaran. Proses ruwatan tidak diadakan setiap tahun, melainkan ketika sang juru kunci mendapat mimpi dari penunggu Watu Jaran atau ketika ada yang “diganggu” oleh roh halus dan mengakibatkan kesurupan masal.

Baca juga: Misteri Ikan Keramat di Telaga Ranjeng Brebes

Pantangan Menggelar Pertunjukan Wayang

Sumber lain juga mengatakan bahwa jika ada yang menggelar pergelaran wayang akan mendapatkan musibah atau bencana. Sehingga untuk menghindari musibah tersebut, dipilihlah pertunjukkan ebeg.

Konon, situs bersejarah itu ditunggi makhluk halus. Oleh sebab itu, banyak warga Desa Laren yang menjadikan situs Watu Jaran sebagai tempat pesugihan dan hal itu dianggap sebagai syirik oleh agama Islam. Untuk menghindari perbuatan syirik, pemerintah Desa Laren membangun gubug yang digunakan sebagai rumah utuk situs Watu Jaran.

Baca juga: Gang Sadar Baturraden, Surga Bisnis Esek-Esek Murah di Purwokerto

Sampai saat ini, Watu Jaran di Brebes diakui sebagai tempat keramat yang tidak sembarangan orang bisa medokumentasikannya tanpa didampingi sang juru kunci. Bahkan berdasarkan penuturan warga setempat, setiap malam Jumat Kliwon sering terdengar langkah kaki kuda.

Ritual ruwatan yang digelar oleh warga dusun setempat merupakan wujud masyarakat setempat yang masih mempercayai hal-hal gaib serta mitos yang berkaitan dengan situs Watu Jaran. Selain itu, ritual ruawatan ini juga bentuk upaya untuk melestarikan kekayaan sejarah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya