SOLOPOS.COM - Pengunjung duduk di depan Situs Watu Gentong di tepi Jalan Kragilan-Singkil, Desa Kragilan, Kecamatan Mojosongo, Boyolali, Senin (15/11/2021). (Solopos.com/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, BOYOLALI—Jejak peninggalan peradaban umat Hindu di Kragilan, Boyolali, juga bisa ditemukan di Situs Watu Gentong. Situs ini dulunya dikenal sebagai tempat bersuci para umat Hindu sebelum beribadah di Watu Genuk.

Pantauan Solopos.com, situs ini berada di tepi Jalan Kragilan-Singkil, Kecamatan Mojosongo. Lokasinya di bekas lokasi Kampung Air.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Watu Gentong merupakan batu berukir yang bentuknya menyerupai gentong. Saat ditengok isi gentong ini kosong hanya ada sedikit tanah basah dan seekor katak.

Baca Juga: Disparbudpora Klaten Kembali Pindahkan Yoni dan Arca Nandi

Watu Gentong ini dikelilingi tembok segi empat berukuran sekitar 2 meter x 2 meter. Untuk masuk ke dalam ruangan berisi gentong dari batu ini kepala pengunjung harus merunduk persis seperti memasuki kamar tidur dalam tradisi Jawa.

Di bagian pintu masuk situs ini prasasti dari marmer bertuliskan “Sesepuh Watugenuk. 1 Suro 1923. Darmosuwiryo.” Tembok terlihat dari tepi jalan. Di dekat Watu Gentong mengalir Sungai Kragilan.

Tokoh agama Hindu asal Kragilan, Sriyono, menceritakan Watu Gentong ini diyakini dulu dipakai sebagai tempat bersuci atau wudu dalam agama Islam sebelum beribadah di Watu Genuk. Apabila ditarik garis lurus, jarak Watu Gentong dengan Watu Genuk berjarak sekitar 500 meter.

Baca Juga: Harga Jagung Sedang Bagus di Klaten, Rp5.000 per Kilogram

“Di Watu Gentong ini mereka bersuci dahulu terus berjalan ke Watu Genuk untuk beribadah di sana,” kata Sriyono, beberapa waktu lalu.

Menurut dia, penemuan candi perwara di Situs Watu Genuk memperkuat hubungan kedua lokasi ini. Ia berharap revitalisasi situs juga bisa dilakukan ke Watu Gentong, tak hanya Watu Genuk.

Ia menceritakan penemuan Situs Watu Genuk dimulai pada 2014 ketika ia kali pertama menggali tanah di kawasan itu. Sebelumnya, ia melihat batu miring yang dikenal sebagai yoni di lokasi yang digalinya itu.

Baca Juga: Kelompok Tani dan Ternak di Klaten Digelontor Bantuan Rp5 Miliar

Pada 2014, ia berhasil menemukan lingga. Lingga ini kini dititipkan di rumahnya. Ia diletakkan di pura persis depan halaman rumah Sriyono.

Baru kemudian, pada 2016 untuk kali pertama Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Jawa Tengah melakukan penggalian di kawasan itu. Pada awal November lalu, BPCB melakukan penggalian tahap II. Hasilnya, BPCB menemukan tiga candi perwara atau candi pendamping berukuran sama yakni 5,5 meter kali 5,5 meter.

Sebagian batu yang ditemukan pada penggalian tahap II juga dititipkan kepada Sriyono yakni sejumlah batu yang menyerupai pipi tangga masuk ke dalam candi.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya