SOLOPOS.COM - Situs Warungboto (David Kurniawan/JIBI/Harian Jogja)

Harianjogja.com, JOGJA – Situs cagar budaya Warungboto kondisinya memprihatinkan. Pasalnya, sebagai situs peninggalan bersejarah, perawatan dilakukan seadanya, tanpa ada ahli yang melakukan pengawasan secara khusus.

Padahal apabila dimanfaatkan dengan benar bisa menjadi objek wisata dan bahan kajian penelitian ilmu pengetahuan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Perawatan yang dilakukan terkesan seadanya, setiap hari ada empat orang petugas dari Balai Peninggalan Pelestarian Purbakala melakukan pembersihan di sekitar lokasi pesanggrahan.

Kondisi ini diperparah dengan hujan abu menerpa Kota Jogja beberapa waktu lalu. Sehingga mayoritas bangunan dipenuhi abu melekat di dinding bangunan yang tersisa.

“Kami hanya bisa melakukan kebersihan seadanya, mulai dari menyapu dan memotong rumput-rumput yang tumbuh di sekitar sini,” kata Jumadi, salah seorang petugas kebersihan, Kamis (20/2/2014).

Dia berpendapat, salah satu kendala pembersihan abu karena minimnya air di sekitar lokasi. Untuk membersihkan seluruh area dibutuhkan air yang tidak sedikit. Sedangkan ketersediaan air di sekitar lokasi hanya cukup untuk konsumsi dan kebutuhan sehari-hari.

“Terpaksa kami mengandalkan hujan untuk membersihkan debu yang melekat di dinding bangunan. Sayangnya, hujan juga jarang turun,” keluhnya.

Masalah lain yang mengancam keberadaan peninggalan Sultan Hamengku Buwono II adalah makin menyempitnya area pesanggrahan. Hal ini bisa dilihat dari denah pagar yang dipasang untuk perlindungan. Bentuknya tidak sinkron karena terkesan terpotong-potong menandakan luas area mengalami penyusutan.

Jumadi mengakui jika sejak pertama kali kerja di lokasi itu, kondisinya seperti saat itu. Lokasi luas bangunan merupakan area sekitar di dalam pagar. Padahal, kalau ddilihat dari konstruksi bangunan, masih ada bagian dari pesanggrahan tetapi berada di area luar pagar.

“Saya tidak tahu, tugas saya hanya membersihkan lokasi. Tapi katanya tanah itu sudah menjadi milik warga lengkap dengan sertifikatnya. Malahan saya sempat mau membersihkan di lokasi itu, namun dilarang oleh pemiliknya,” ungkapnya.

Selain itu, sambung dia, fokus utama renovasi dilakukan di situs di Kotagede dan Taman Sari, sehingga renovasi di pesanggrahan ini urung dilakukan dalam waktu dekat.

Terakhir kali situs ini direnovasi pada 2009 lalu, itu pun hanya di bagian utama bangunan. Sayangnya, di lokasi renovasi itu, sekarang ini oleh warga digunakan untuk berolahraga dengan mendirikan lapangan bulu tangkis.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya