SOLOPOS.COM - PENEMUAN BATU-Petugas Satpol PP Boyolali mengamati batu yang diduga benda bersejarah yang ditemukan di Kampung Watutelenan, Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali Kota, Senin (26/3).

PENEMUAN BATU --Batu yang diduga benda bersejarah ditemukan di Kampung Watutelenan, Kelurahan Pulisen, Kecamatan Boyolali Kota, Senin (26/3/2012). Pemkab Boyolali kini didesak segera melakukan pendataan dan identifikasi benda-benda purbakal ini demi kepentingan pelestarian sejarah. (JIBI/SOLOPOS/Yus Mei Sawitri)

BOYOLALI – Pemkab Boyolali diminta mendata aset benda atau situs-situs purbakala yang banyak tersebar di berbagai wilayah Kota Susu. Langkah itu dianggap perlu dilakukan karena banyak benda atau situs bersejarah di Boyolali yang terabaikan atau kurang terurus.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti diketahui, beberapa hari lalu warga menemukan batu yang diduga benda bersejarah di Watutelenan, Kelurahan Pulisen, Boyolali Kota. Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Diparbud) menyatakan belum bisa menentukan status batu tersebut karena butuh penelitian lebih mendalam. Selain batu tersebut, sebenarnya banyak benda atau situs purbakala yang tersebar di Boyolali, namun selama ini masih terabaikan atau terbengkalai.

Berdasarkan pantauan wartawan bersama Ribut Budi Santoso, budayawan dari Kentholeng Institut Boyolali, Rabu (28/3/2012), ditemukan sejumlah benda yang diduga situs purbakala yang terbengkalai atau belum mendapat perhatian dari Pemkab. Benda tersebut antara lain batu-batu tua yang menyerupai lumpang di Dukuh Gambuh, Desa Kiringan, Kecamatan Boyolali Kota dan di Dukuh Genengsari, Desa Ngargosari, Kecamatan Ampel.

Batu mirip lumpang di Kiringan terletak di halaman rumah warga. Bagi mata awam, batu tersebut terlihat seperti benda biasa, apalagi saat ini malah tertimbun jerami untuk pakan ternak. Sedangkan di Ngargosari juga ditemukan belasan batu lumpang, yang oleh warga setempat disebut situs Watu Lumpang. Kondisinya pun memprihatinkan, sama sekali tidak terlihat seperti benda purbakala.

“Batu-batu lumpang seperti ini banyak di desa sini, katanya sudah ada sejak nenek moyang dulu. Sebagian batu-batu ini sudah dihancurkan warga untuk bahan memangun jalan. Tempat batu-batu ini sepertinya akan diterjang proyel tol Solo-Semarang,” kata Sunar, 35, salah seorang warga Ngargosari.

Budayawan asal Boyolali, Ribut, mengatakan situs-situs atau benda purbakala yang masih tersebar dan terbengkalai di berbagai tempat seharusnya segera di data oleh Pemkab. “Bantu-batu Lumpang di Ngargosari ini pernah diteliti oleh budayawan dari UNS Solo. Banyak sekali benda-benda bersejarah seperti ini yang terdapat di Boyolali, tapi sayangnya tidak terawat atau masih diabaikan. Malah yang di Ngargosari itu terancam musnah karena nanti sepertinya akan terlewati jalur tol Solo-Semarang. Kami berharap Pemkab Boyolali segera melakukan pendataan, supaya benda-benda atau situs purbakala tidak lenyap atau hilang,” kata Ribut.

Dia menambahkan, selain di Kiringan dan Ngargosari juga masih banyak situs atau benda purbakala lain yang terabaikan, seperti di Musuk, Sambi atau Cepogo. Salah satunya Candi Lawang yang berada di Cepogo. Ribut menilai Pemkab semestinya serius mendata meskipun keberadaan benda purbakala merupakan kewenangan dari Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya