SOLOPOS.COM - Dua warga melihat batu besar yang katanya ada tulisan Jawa di bawah pohon beringin putih di Situs Candi Guwa, Plumbungan, Karangmalang, Sragen, Sabtu (18/12/2021). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Sebatang pohon beringin putih besar berumur ratusan tahun berdiri tegak dengan akar-akarnya yang menghujam ke tanah. Di sekeliling pohon itu masih ditemukan sisa-sia bangunan berupa batu bata berukuran panjang sampai 32 cm dan lebar 17 cm serta ketebalan sampai 5 cm.

Selain batu bata, juga ditemukan batu andesit hitam. Banyak saksi mata mengaku pernah melihat tulisan panjang berhuruf Jawa di salah satu batu yang paling besar. Sayangnya, tulisan Jawa itu tidak terlihat jelas saat Solopos.com mengeceknya, Sabtu (18/12/2021). Tetapi, masih ditemukan guratan-guratan yang membentuk huruf tertentu pada batu andesit itu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Lokasi tersebut dikenal dengan sebutan Situs Candi Guwa atau Situs Mbah Candi Guwa. Situs itu dikeliling dipagar yang dibangun Pemkab Sragen semasa Bupati Untung Wiyono menjabat sekitar tahun 2000-an. Situs itu terletak di Kelurahan Plumbungan, Kecamatan Karangmalang, Sragen, tepatnya di pinggir jalan Sragen-Kedawung.

Baca Juga: Gegara Mitos, Warga Pengkol dan Sangiran Tidak Berani Saling Menikah

Ekspedisi Mudik 2024

Situs itu memiliki juru kunci. Dulu, juru kuncinya bernama Mbah Kromo, kemudian diteruskan oleh Mbah Gito. Kini, keduanya sudah meninggal dunia. Sekarang, Mbah Samiyem yang meneruskan karena masih keponakan dari Mbah Kromo.

Dari mulut Samiyem, Solopos.com, mendapati kisah tentang Situs Candi Guwa berdasarkan cerita-cerita dari pendahulunya.

“Tempat Mbah Candi itu dulunya memang sebuah candi berukuran besar. Candi itu menghadap ke timur dan memiliki alun-alun yang luas. Candi itu hancur karena terkena bom oleh tentara Belanda. Saat saya masih kecil, batu bata sisa bangunan candi itu banyak. Sekarang batu bata yang tersisa tinggal beberapa,” ujarnya.

Menurut Mbah Samiyem, di tengah situs itu ada guanya sehingga disebut Candi Guwa. Gua yang dimaksud Samiyem tidak bisa dilihat secara kasatmata karena gua itu bersifat gaib. Ia menyampaikan hanya mereka yang lelaku prihatin atau sesirih di tempat dan diizinkan yang bisa melihat lorong gua dan bisa masuk ke dalamnya.

Baca Juga: Misteri Tak Adanya Nisan Batu di Permakaman Mbah Bendrong Geni

Samiyem menyampaikan banyak kisah-kisah tidak masuk akal terkait dengan Situs Mbah Candi Guwa itu. Samiyem berkisah tentang seorang anak yang selama sepekan tidak masuk sekolah dan ditanyakan ke orang tuanya. Padahal anaknya itu sering berangkat sekolah.

“Saat ditanya, anak itu kalau sekolah lewat di samping situs Mbah Candi. Ada dua orang berpakaian seperti prajurit dalam pertunjukkan ketoprak. Dua prajurit itu membawa tombak juga. Anak itu ternyata hanya diminta menemani pasaran. Ketika waktunya pulang ya diminta pulang,” jelasnya.

Penampakan Hewan Penunggu

Di situs itu juga ada penampakan hewan penunggu, yakni kera putih bersih, harimau putih, dan ular kendang. Samiyem menyampaikan di situs itu juga ada empat bangunan rumah yang hanya bisa dilihat secara gaib, dua rumah di antaranya ada penghuninya dan dua rumah lainnya kosong. Dia menyampaikan dulu banyak orang yang sesirih di tempat itu.

Baca Juga: Ada Mata Air Asin di Sragen, Diyakini Tempat Keluar Naga Joko Linglung

“Apakah tempat itu keraton atau bagaimana, saya tidak tahu. Sosok Mbah Candi Guwa itu siapa juga tidak tahu. Sosok itu kalau muncul seringnya mengenakan pakaian serba hitam,”

Dulu waktu hendak dibangun Pemkab juga ada semacam kenduri dengan menyembelih kambing. Sekarang setiap ada orang hajatan di sekitar Plumbungan selalu berziarah ke situs tersebut dengan menabur bunga pada batu besar di bawah pohon itu. Dulu, batu besar itu ada tulisan huruf Jawa.

Ketua Yayasan Palapa Mendira Harja Sragen, Joko Piroso, yang juga pemerhati sejarah dan budaya Sukowati, mencoba menelisik huruf Jawa yang terpahat pada batu itu. Ia memeriksa batu itu didampingi warga setempat dan ternyata tulisannya sudah aus karena faktor cuaca. Dia masih bisa melihat sisa-sia lekukan batu yang membentuk huruf tertentu.

Baca Juga: Rumah Warga Dukuh ini Dulu Semuanya Menghadap Selatan, Ini Mitosnya

“Kami akan terliti tulisan pada batu itu. Tujuan kami hanya menggali nilai sejarahnya,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya