SOLOPOS.COM - Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati (Solopos-Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Bupati Sragen, Kusdinar Untung Yuni Sukowati, bakal turun tangan untuk menengahi permasalahan intimidasi yang dialami Z, 16, siswi di SMAN 1 Gemolong karena tidak berjilbab.

Rencananya, orang nomor satu di Bumi Sukowati itu menggelar mediasi dengan mengumpulkan Z bersama orang tua, kepala SMAN 1 Gemolong, dan guru Pendidikan Agama Islam (PAI) pada Kamis (16/1/2020).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kawanan Kera Liar Bikin Resah Warga Candirejo Klaten

Bupati menilai permasalahan intimidasi siswi oleh oknum pengurus Kerohanian Islam (Rohis) karena tidak berjilbab itu sebetulnya sudah diselesaikan melalui mediasi yang digelar di SMAN 1 Gemolong pada Senin (6/1/2020). Akan tetapi, muncul persoalan baru yang membuat Z tidak berani bersekolah hingga Selasa (14/1/2020).

“Faktornya apa saja yang membuat persoalan itu tak kunjung selesai nanti akan diurai dalam mediasi. Tapi mohon maaf, dalam mediasi itu, saya tidak ingin melibatkan pihak ketiga terlalu jauh. Jadi, mediasi itu akan dilakukan secara tertutup,” terang Bupati Yuni saat ditemui wartawan di kantornya, Selasa (14/1/2020).

Bupati menegaskan tidak ada persoalan yang tidak bisa diselesaikan dengan cara duduk bersama. Dalam hal itu, dia tidak setuju dengan ketelibatan sejumlah lembaga swadaya masyarakat dan aktivis peduli perempuan dan anak yang mendesak kepala sekolah dan guru PAI dimutasi karena dianggap tak bisa menjalankan tugasnya dengan baik.

“Perlu dipahami bersama, mutasi kepala sekolah dan guru itu tidak bisa diintervensi pihak luar. Kita ini hidup di zaman yang beradab. Tidak ada permasalahan yang tidak bisa diselesaikan dengan duduk bersama,” papar Bupati.

Bupati menekankan pentingnya pendampingan kepada Z untuk memulihkan kondisi psikologisnya pascamendapat intimidasi dari pengurus Rohis karena tidak berjilbab. Dalam hal ini, Bupati bisa melibatkan tenaga psikolog untuk membangkitkan semangat dan motivasi Z melanjutkan belajarnya di sekolah.

Jekek: Mahasiswa KKN di Wonogiri Jangan Cuma Bikin Plang

Sementara itu, AP, orang tua Z membenarkan anaknya belum mau bersekolah hingga Selasa. Sejumlah pihak, termasuk teman-temannya di SMAN 1 Gemolong sudah datang untuk memberikan dorongan motivasi supaya Z bersedia bersekolah lagi pada Senin (13/1/2020) sore.

“Pada intinya, anak saya tetap ingin bersekolah di SMAN 1 Gemolong. Dia tidak mau keluar dari sekolah karena merasa tidak melanggar norma. Namun, dia masih takut dijelek-jelekin dan diintimidasi lagi karena tidak memakai jilbab. Bukannya menolak jilbab. Tapi, anak saya itu mau berjilbab bukan atas dorongan pihak luar, melainkan atas keinginannya sendiri. Jadi, tidak ada unsur paksaan dalam hal ini,” ucap AP.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya