SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Harian Jogja/Sunartono)

Foto Pemakaman Riya
JIBI/Harian Jogja/Sunartono

Riya Puspita Restanti, 17, tewas dengan cara mengenaskan. Jasad siswi SMK tersebut dikebumikan Rabu (17/4). Namun pada Kamis (18/4) kembali diadakan acara di makam Riya.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

Semilir angin sore itu cukup mampu menggoyangkan batang pohon kelapa di kawasan Umbulmartani, Ngemplak Sleman. Saat bersamaan ada belasan warga yang duduk berjajar tidak rapi di depan tempat pemakaman umum Dusun Medelan.

Tak ada aktifitas apapun yang dilakukan bisa dilihat dari jalan raya Ngemplak – Kalasan. Mereka hanya saling memandang dan berbicara dengan nada rendah. Timbul pertanyaan, apa sebenarnya yang ditunggu karena sore itu tidak ada jadwal pemakaman warga yang meninggal.

Meski demikian ada satu wajah yang tidak asing lagi yakni Setyo Hidayat alias Joko yang juga ayah Riya Puspita Restanti. Ada apa gerangan? Bukankah jasad Riya sudah dimakamkan Rabu lalu. Mengapa sore itu Joko masih berkumpul di pemakaman bersama warga.

“Ini mau menguburkan rambut dan kulit yang masih tersisa,” ucap Joko sembari memberikan salam kepada Harian Jogja kemarin sore.

Sebatang rokok tinggal separo disedotnya dengan pelan. Dihembuskan asapnya dengan tidak beraturan kemudian hilang terbawa udara. Ia masih menunggu potongan tubuh serta baju yang dalam perjalanan menuju ke tempat pemakaman. Sesaat sekitar 15 menit menunggu ada dua lelaki berumur sekitar 35 tahun yang membawa dua bungkusan tas plastik berwarna merah dan hitam. Satu plastik berisi potongan tubuh dan satunya lagi merupakan jumper korban.

“Leres meniko mboten? [Benar ini atau tidak jumpernya],” ujar salah satu pria itu sembari menunjukkan jumper berwarna merah muda kepada Joko.

Joko pun memegang dengan hati-hati jumper tersebut. Ia angkat seolah mengingat ukuran tubuh anaknya. Ia mengangkat dengan berdiri kemudian duduk di pinggiran sawah dekat pemakaman. Tidak lebih dari dua menit, Joko memastikan jika Jumper itu adalah milik anaknya.

Jumper itu sempat disimpan sebagai barang bukti oleh aparat kepolisian. Akan tetapi karena sudah ada titik terang pelakunya kemudian diserahkan kepada keluarga korban.

Jumper itu merupakan satu-satunya pakaian korban yang tidak ikut terbakar. Jumper tersebut, kata Joko, memang ditemukan di sekitar lokasi ditemukannya mayat. Kemungkinan tidak dipakai entah dilepas oleh Riya atau alasan yang lain.

Setelah Rois atau pemuka agama Islam setempat datang proses pemakaman potongan tubuh pun dimulai. Warga membuat galian ulang di pekuburan Riya yang tanahnya masih merah. Cangkul demi cangkul diayunkan hingga sampai kedalaman tidak lebih dari satu meter. Kemudian Joko memasukkan jumper berikut potongan tubuh korban yang tersisa.

Dengan pelan Joko mengurug rambut dan baju anaknya dengan tanah sampai benar-benar tertutup. Wajah sendu tersembul di wajah Joko meski ia tetap berusaha untuk tabah.

Rois kemudian memimpin doa bersama belasan warga yang turut mengikuti prosesi pemakaman kedua kalinya itu. Sekitar 10 menit doa itu dilantunkan oleh Rois dan diamini para warga. Setelah prosesi pemakaman selesai, Joko bersama belasan warga lainnya meninggalkan pemakaman. Joko sadar semua orang akan kembali ke dalam tanah seperti anaknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya