SOLOPOS.COM - Foto Rumah Tersangka di Dusun Kringinan, Selomartani Sleman JIBI/Harian Jogja/Sunartono

Foto Rumah Tersangka di Dusun Kringinan, Selomartani Sleman
JIBI/Harian Jogja/Sunartono

Polres Sleman sudah menetapkan HRD, anggota Polsek Kalasan sebagai tersangka kasus pembunuhan. Bagaimana perilaku HRD di mata tetangganya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Warga Dusun Kringinan, Desa Selomartani Kalasan Sleman tak pernah membayangkan jika kampungnya akan banyak didatangi orang. Pasca ditemukannya jasad RPR, memang kondisi kampung tidak seperti biasanya yang sepi dan menentramkan.

Kemarin misalnya, hilir mudik kendaraan roda dua dan empat masih tampak melalui perkampungan dusun ini dengan menapaki jalan bergelombang. Tak terkecuali aparat kepolisian dari sektor Kalasan kemarin siang meninjau lokasi ditemukannya jasad RPR.

Setiap kali kendaraan masuk ke kampung Kringinan puluhan pasang mata memandang dari teras rumah mereka. Ada perasaan tanda tanya dan kekhawatiran dari warga setempat. Karena sebagian besar para pelaku yang terlibat dari kampung mereka.

Tidak aneh memang ketika kasus pembunuhan ini melibatkan anggota polisi Briptu HRD. Karena HRD sendiri warga Kringinan, bahkan rumahnya berjarak sekitar 500 meter saja dari lokasi ditemukannya mayat.

Kediaman HRD hanya dipisahkan oleh areal persawahan serta beberapa rumah di dusun tersebut. Selain itu rumah HRD juga tidak lebih dari satu kilometer rumah kosong milik YN sebagai tempat eksekusi pembunuhan.

Sinar matahari menempel ketat di antara bumi membuat terik panas menggatalkan kepala. Sementara siang di pinggiran pematang sawah Kringinan ada sejumlah warga yang duduk melepas lelahnya seusai pergi ke ladang. Seorang di antaranya menjadikan capingnya sebagai kipas untuk menyejukkan hawa yang gerah sembari membuka satu kancing bajunya. Tanpa ada yang memulai sejumlah orang yang rata-rata warga Kringinan itu langsung memperbincangkan keterlibatan HRD dalam kasus pembunuhan.

“Sudah banyak mengingatkan perilakunya itu, tapi jenenge watak yo susah,” ujar salah satu pria berusia 35 tahun sembari menghisap rokok.
Dari perbincangan itulah satu per satu warga Kringinan itu membuka perilaku keseharian HRD sebagai anggota Polsek Kalasan. Mereka mengungkapkan kekesalannya justru bukan kepada HRD, melainkan pada pimpinan kepolisian yang masih sudi mengaktifkannya sebagai polisi meski dikenal memiliki kepribadian yang buruk.

“Seharusnya institusi polisi itu paham dan tidak melindungi anak buahnya. Kudune sejak kemarin-kemarin sudah dipecat dia itu,” sahut pria yang memakai topi cokelat yang baru saja datang menggunakan motor.

Warga tidak heran ketika HRD terlibat dalam pembunuhan dan pemerkosaan dengan latar belakang perilakunya yang negatif. Sebelum bertugas di Polsek Kalasan atau ketika di Polsek Berbah, HRD diketahui kerap membawa celurit ketika bepergian. Bahkan pernah melakukan penodongan di suatu tempat sepi. “Bajunya memang coklat tapi gawanane celurit,” ungkap pria itu lagi.

Berbeda dengan penuturan warga lainnya, menurutnya HRD akhir-akhir ini perilakunya agak berubah. HRD tampak kerap pergi ke masjid menjalankan ibadah. Bahkan sehari sebelum ditangkap Propam Polres Sleman, HRD sempat menjalankan salat Jumat di masjid dusun setempat.

“Tapi sudah agak lumayan sekarang, sebelum ditangkap saya lihat masih salat Jumat,” ungkap pria yang masih mengenakan helm dan duduk di atas motor.

Berdasarkan pengamatan Harian Jogja, rumah HRD di Dusun Kringinan, tampak biasa. Pintu rumahnya terbuka dan ada aktivitas di dalamnya. Anak seusia balita yang juga cucu HRD tampak bermain di teras rumah.

Saat Harian Jogja akan mencoba meminta keterangan kepada keluarga, seorang pria mencoba menolak dengan halus. Pria memakai celana panjang berwarna cokelat mengaku khawatir dengan kondisi ibunya yang tengah shock. Karena HRD terlibat dalam kasus tersebut.

“Maaf saya takut ibu [istri HRD] shock,” ujar pria yang diketahui merupakan putra HRD itu sembari memberikan isyarat kedua jari telunjuknya menempel di kepala.

Abu salah satu sesepuh warga Kringinan mengatakan pasca kejadian tersebut warga sangat berhati-hati dalam memberikan keterangan kepada siapapun. Terutama jika ada serombongan orang atau orang tidak dikenal yang masuk ke kampung.

“Iya Anda sudah tau perilaku [HRD] dari orang-orang. Kalau saya tidak berani menyampaikan karena kebetulan istri saya dukuh jadi ikut bertanggung jawab pada keamanan,” ujar Abu saat di depan rumah HRD.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya