SOLOPOS.COM - Rumah Leo Supirin, kakek Javellins didatangi ratusan pelayat yang melepas kepergian siswa kelas dua SMA Debritto itu, Sabtu (19/3/2016). (Abdul Hamied Razak/JIBI/Harian Jogja)

Siswa tertembak di kepala, penyebab kematian masih diselidiki.

Harianjogja.com, SLEMAN-Tidak ada yang menyangka Martinus Javellins Surya Rinanza, akan mengkahiri hidupnya dengan cara tragis. Banyak yang kehilangan, banyak juga yang bertanya-tanya, kenapa anak yang dikenal periang itu berbuat seperti itu.

Promosi Alarm Bahaya Partai Hijau di Pemilu 2024

Gang sempit di salah satu komplek perumahan di Jalan Cempaka Condongcatur, Depok, Sleman mendadak ramai dikunjungi banyak orang, Sabtu (19/3/2016). Mereka datang berombongan untuk mengantar jenazah seorang remaja, Martinus Javellins Surya Rinanza, seorang pelajar SMA Debritto, Jogja.

Beberapa tenda beratap didirikan disepanjang gang itu. Sementara kursi-kursi dari plastik berjejer rapi menunggu kedatangan para pelayat. Semua tampak bersedih, terdiam dan tak banyak bercakap. Hanya beberapa orang yang terlihat berbisik-bisik.

Tepat pukul 12.00 WIB, Misa digelar sebelum jenazah Javellins diantar ke Tempat Pemakaman Umum (TPU) Tambak Boyo, Condong Catur. Satu jam kemudian, jenazah pemuda tanggung itu diberangkatkan dan dimakamkan. Kepergian Javellins ke pemakanan diiringi ratusan pelayat, terutama dari seluruh siswa SMA Debritto yang masih tidak mempercayai kepergian temannya itu.

Pukul 15.00 WIB, orang tua almarhum Javellins, Pelda Yudiana Anggota Lanud Pom AU kembali ke rumah usai mengantar Javellins untuk terakhir kalinya. Berkaos hitam dan bercelana coklat, kedua mata Yudi tampak nanar. Tampak sekali dia sedih atas kepergian putranya itu. Sebagai prajurit, Yudi juga manusia. Orangtua mana yang tidak bersedih melihat anaknya meninggal, apalagi dengan cara tragis.

Kesedihan yang mendalam juga terlihat dari kakek dan nenek Javellins. Selama ini, almarhum memang tinggal dengan sang kakek, Leo Supirin. Leo bahkan menjadi Ketua RT 11 di wilayah itu. Saking sedihnya, isteri Leo pun berjalan dengan cara dipapah oleh beberapa orang.

Beberapa kali Yudi menyalami para pelayat yang pamit pulang. Sejurus kemudian, dia tampak bercakap-cakap dengan beberapa anggota Polisi Militer TNI AU. Setelah itu, dia memilih masuk rumah.

“Sampai sekarang, kami belum tahu penyebab pastinya,” ujar Sumiati, salah seorang nenek Javellins.

Dia mengatakan, tidak ada tanda-tanda sebelumnya Javellins akan berbuat nekad seperti itu. Anaknya juga terlihat supel dan pandai bergaul.

“Dia anak tunggal. Ibunya meninggal sejak dia berusia dua tahun, masih balita. Kemudian ayahnya menikah lagi. Makanya dia tinggal bersama pak Leo,” ceritanya saat itu.

Tak banyak informasi yang berhasil didapat untuk menguak penyebab Javellins menembakkan dirinya dengan sebuah pistol. Baik sanak keluarga maupun teman-teman sekolahnya, kaget dengan keputusan Javellins. Pasalnya, Javellins tidak pernah mengeluhkan sesuatu kepada teman-temannya. Status Facebook maupun di Instagramnya juga tidak menyebut kalimat yang aneh-aneh.

“Dia orangnya lebih banyak cerianya dibandingkan menjadi orang pendiam. Kalau ada dia ramai,” kata Ayom, siswa kelas dua SMA Debritto, salah seorang teman sekolah Javellins.

Tidak hanya dikenal baik di lingkungan sekolahnya di Debritto, Javellins juga dikenal gaul oleh mantan teman-temannya di SMP Pangudi Luhur 1 Jogja. Icha misalnya, mengaku jika Javellins tidak pernah berbuat yang neko-neko.

“Meski kami sudah tidak ada kontak lagi setelah SMA, tapi mendengar dia meninggal juga sedih. Sebab sejak dulu dia dikenal baik,” ujar Icha.

Perdebatan soal apa yang menyebabkan Javellins mengakhiri hidupnya dengan cara tragis itu, masih menyisakan misteri di benak teman-temannya. Sampai mereka pulang, pertanyaan itu masih terngiang-ngiang.

Sekadar diketahui, Javellins ditemukan tewas bersimbah darah di Makam Gorongan RT07/RW21 Condongcatur, Depok, Sleman, Jumat (18/3/2016) sore. Dia diduga menembakkan diri menggunakan pistol hingga mengenai pelipis kanan. Saat ditemukan, tubuh Javellins terduduk menyandari di sebuah dinding cungkup kuburan.

Dia masih mengenakan kaos biru dan celana pendek warna coklat. Sebuah pistol Glock warna hitam tergeletak di area perut korban dan berdekatan dengan jemari korban. Dugaannya pistol itu dipakai untuk menembakkan diri mengenai kepala korban sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya