SOLOPOS.COM - Para siswa mengemas sampah yang dikumpulkan dari kelas dan ruang guru untuk selanjutkan dijual ke pengepul dan hasilnya disumbangkan ke panti asuhan sebagai gerakan bank sampah sedekah di SMK Sukowati Sragen, pekan lalu. (Istimewa/SMK Sukowati)

Solopos.com, SRAGEN — Para siswa yang tergabung dalam Palang Merah Remaja (PMR) di SMK Sukowati Sragen memiliki kepedulian terhadap lingkungan dengan adanya gerakan bank sampah sedekah yang hasilnya disalurkan kepada yang lebih membutuhkan. Gerakan bank sampah sedekah ini rutin dilaksanakan setiap Jumat sejak Oktober 2022 yang lalu.

Para siswa yang hanya 14 orang dibantu para guru itu mengumpulkan sampah di lingkungan sekolah, seperti botol, plastik, kertas, dan sampah lainnya setiap Jumat. Mereka bekeliling ke kelas-kelas dan ruang guru untuk mengambili sampah-sampah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Setiap kelas sudah disiapkan kardus untuk membuang sampah-sampah yang bernilai ekonomis, seperti botol air mineral dan kertas.

Pembina PMR SMK Sukowati Sragen, Rini Setyowati, dibantu dua pembina lainnya, Ria Yuniasih dan Heri Tanto Nugroho, mendampingi para siswa itu untuk memunguti sampah di sekolah. Bahkan kepala sekolah pun ikut berpartisipasi dalam kegiatan bank sampah sedekah itu.

“Setiap Jumat, anak-anak PMR berkeliling per kelas dan mengambili sampah-sampah yang berserakan di luar kelas. Sampah yang terkumpul seperti bekas botol air mineral, botol cup, dikumpulkan dan dijual ke pengepul rosokan. Hasilnya disumbangkan ke panti asuhan,” ujar Rini kepada Solopos.com, Rabu (1/2/2023).

Rini menerangkan dana hasil penjualan sampah yang terkumpul tidak pasti, paling sedikit hanya dapat Rp10.000 sedangkan paling banyak bisa mendapat Rp136.000 per hari. Dia mengatakan 14 siswa yang peduli lingkungan ini menjadi pioner bagi siswa lainnya agar tergugah menjaga lingkungan sekolah karena jumlah siswa di SMK Sukowati itu mencapai 700-an orang.

Rini menjelaskan para siswa yang sudah mengikuti satu ekstrakurikuler maka tidak boleh ikut ekstrakurikuler yang lain supaya fokus. Dia mencontohkan seperti siswa yang ikut di PMR ini maka tidak boleh merangkap menjadi pengurus OSIS.

Dia mengatakan kegiatan menjaga lingkungan sekolah ini didukung kepala SMK karena ada rasa kepedulian dengan sesama.

“Ide ini sebenarnya muncul dari kepala sekolah dan kami yang menjalankan. Ide itu dikuatkan saat anak-anak ikut diklat di PMI Kabupaten Sragen. Dukungan dari guru lain dan karyawan sekolah juga banyak. Mereka ikut mengumpulkan berkas-berkas yang tidak terpakai agar bisa diserahkan ke pengelola bank sampah sedekah,” katanya.

Rini mengungkapkan para siswa itu memiliki pelanggan warga yang khusus membeli bekas botol air mineral. Dia mengatakan pembeli itu khusus datang ke sekolah dan botol-botol itu dibeli untuk bisnis bahan pewangi laundry.

“Kardus tempat sampah botol dan kertas itu tidak hanya di kelas-kelas tetapi juga di ruang guru juga disiapkan. Para siswa tinggal mengambili. Misalnya guru punya bekas cup atau botol bekas bisa dibuang ke kardus yang disiapkan dengan tulisan Terima Kasih Atas Kepeduliannya,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya