SOLOPOS.COM - Rifki Purnama, siswa SMAN 2 Klaten menunjukkan tas anticopet yang dibuat bersama dua rekannya di sela-sela Lomba Krenova di Kantor Bappeda Klaten, Selasa (18/6/2013). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/SOLOPOS)

Siswa SMAN 2 Klaten, Rifki Purnama, menunjukkan tas anticopet yang dibuat bersama dua rekannya di sela-sela Lomba Krenova di Kantor Bappeda Klaten, Selasa (18/6/2013). (Moh Khodiq Duhri/JIBI/SOLOPOS)

Selalu ada hikmah di balik peristiwa menyedihkan sekalipun. Ungkapan itu tepat untuk menggambarkan keberhasilan tiga siswa SMAN 2 Klaten yang diilhami dari kisah pilu yang dialami temannya.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Beberapa bulan lalu, teman kami kehilangan tas yang berisi sejumlah uang dan ponsel saat berjalan-jalan di Jogja. Dari kejadian itu, kami berpikir bagaimana melindungi tas kita dari ancaman copet,” ujar Rifki Purnama, salah seorang siswa SMAN 2 Klaten saat ditemui Solopos.com di sela-sela Lomba Kreativitas dan Inovasi Masyarakat (Krenova) tingkat pelajar di Kantor Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (Bappeda) Klaten, Selasa (18/6/2013).

Kisah pilu yang dialami temannya itu telah mengilhami Rifki dan dua temannya, Ardhi Dwi dan Ardiansa, membuat tas anticopet. Berbekal barang-barang bekas seperti raket nyamuk, sakelar, batre dan kabel, ketiganya mulai menciptakan tas yang aman dari ancaman copet.

“Bahan bakunya mudah ditemukan. Kami membongkar mesin raket nyamuk. Kami menaruhnya berikut sakelar, batre dan kabel dalam tas. Kabel itu kami lilitkan dengan bagian kancing atau bagian untuk menjinjing tas,” terang Rifki.

Setrum

Saat tas digunakan untuk jalan-jalan, sakelar harus dalam kondisi menyala. Saat orang lain akan menyetuhnya bagian kancing tas, dipastikan orang tersebut akan tersetrum. Namun tidak perlu khawatir, arus listrik yang dihasilkan dari mesin raket nyamuk ini hanya mencapai 5 miliampere (MA).

“Arus listrik itu tidak membahayakan, tetapi cukup untuk mengagetkan para pencopet yang akan mengambil tas. Dengan begitu, kami menyadari bahwa ada pencopet yang akan mengambil tas kami,” terang Rifki.

Ardhi menambahkan tas anticopet tersebut baru dibuat sederhana. Dalam jangka dekat, tas anticopet itu akan dilengkapi remot kontrol dan alarm. “Remot itu untuk menghemat batre yang digunakan. Sementara pemasangan alarm itu bertujuan menambah perangkat keamanan. Jadi copet itu tidak hanya tersetrum, tetapi juga dibuat tambah kaget dengan bunyi alarm itu,” ujar Ardhi.

Untuk membuat tas anticopet tersebut dibutuhkan biaya yang relatif murah. Berbekal barang-barang bekas, Rifki mengaku hanya mengeluarkan biaya kurang dari Rp10.000 untuk membeli kabel. “Kalau menggunakan mesin raket listrik yang baru tentu biayanya lebih mahal,” paparnya.

Lomba Krenova tingkat pelajar yang digelar hingga Rabu (19/6/2013) tersebut diikuti 19 kelompok yang dibagi dalam tujuh kategori. Ketujuh kategori itu adalah agribisnis dan pangan, energi, kesehatan obat-obatan dan kosmetika, rekayasa dan manufaktur, pendidikan, kehutanan dan lingkungan, serta kerajinan dan industri rumah tangga.

“Semua karya yang dilombakan adalah murni kreativitas pelajar yang membanggakan. Ide-ide mereka cemerlang. Semua karya sangat kompetitif. Kami akan memilih yang terbaik di antara mereka sebagai pemenang,” papar Ketua Panitia Lomba Krenova tingkat pelajar, Nurul Bariyah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya