SOLOPOS.COM - Foto: Siswa SMA "17" Jogja melompati pagar penutup yang mengurung sekolahnya. JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi

Foto: Siswa SMA “17” Jogja melompati pagar penutup yang mengurung sekolahnya.
JIBI/Harian Jogja/Gigih M Hanafi

Mendekati masa Ujian Akhir Nasional (UAN) 2013, siswa kelas 12 SMA 17 Jogja, Devi Nostalgia tidak berhenti berjuang. Tiap malam, jam belajar justru semakin ditambah.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kendati demikian, ia tidak menampik menyimpan kekhawatiran, kemelut yang terjadi pada minggu lalu terulang saat pelaksanaan UAN. Berikut kisahnya seperti yang dilaporkan wartawan Harian Jogja, Mediani Dyah Natalia.

Ditemui seusai menjalani doa bersama di sekolah, anak bungsu dari tiga bersaudara ini mengaku siap menghadapi UAN yang mulai dilangsungkan, Senin (15/4).

Setiap perubahan aturan UAN 2013 atau isu kebocoran disebutnya sama sekali tidak mengganggu. Sebaliknya, hari tenang yang dirilis sekolah justru dimanfaatkan untuk belajar.

Tiap malam, porsi membaca buku dan mengerjakan latihan soal dijabaninya. Dua hari libur pun dipakainya untuk “mengganggu” guru Fisika dan Kimia. Sebab gadis berjilbab ini mengaku merasa kurang di kedua mapel tersebut. Adapun, ia menargetkan dapat lulus dengan rerata UAN 8,5.

Meski berusaha secara maksimal, Devi mengaku tidak dapat menyembunyikan kekhawatiran mengenai pelaksanaan maupun hasil UAN. Sengketa tanah antara ahli waris dan Yayasan 17 terbilang mengganggu masa pembelajaran efektif di sekolah.

Apalagi, tegas dia, minggu lalu sekolah sempat disegel. Siswa akhirnya harus masuk ke sekolah lewat pintu belakang.

“Saya jadi khawatir, kalau masalah ini terulang kembali. Tahun lalu juga gitu, kakak kelas merasakan hal yang sama. Kenapa selalu seperti ini kalau mau UAN,” tanyanya dengan suara kecil.

Sempat, kata dia, persoalan ini mengakibatkan mentalnya turun. Namun demi mimpinya menjadi guru SD, ia bertekad masalah ini dapat segera teratasi. Sebab apapun juga yang terjadi, sebagai warga negara usia sekolah Devi dan ‘Devi-Devi’ lain berhak mendapat kesempatan yang sama menempuh pendidikan.

Ke depan ia berharap persoalan ini segera terselesaikan. Sehingga, imbuhnya, adik-adik kelas tidak lagi merasakan kekhawatiran yang sama.

“Semoga besok tidak seperti ini lagi. Adik-adik bisa mengikuti TPM (Tes Pendalaman Materi) dengan tenang. Dan lebih sukses daripada kami, kakak-kakak kelas,” pinta gadis berusia 17 tahun ini.

Kepala SMA 17 Jogja Suyadi membenarkan jika aksi penyegelan sempat terjadi kembali. Namun untuk UAN mendatang ia memastikan semua berjalan dengan aman.

“Pada pelaksanaan UAN, jelas ada kerja sama sekolah dengan polsek setempat. Tapi karena kami sedang ada konflik, seperti biasa, pihak polsek setempat akan membantu masalah pengamanan. Jadi kami menjamin anak-anak dapat melangsungkan UAN dengan kondusif,” kata dia.

Menurut dia, keyakinan ini terjadi karena kepolisian berhasil meminta pihak yang berkonflik dengan SMA 17 Jogja untuk menenangkan diri. Setidaknya, imbuhnya, sampai memori banding di Pengadilan Negeri (PN) Kota Jogja diputuskan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya