Solopos.com, SRAGEN — Kusdinar Untung Yuni Sukowati dikenal sebagai sosok yang humble, grapyak atau suka bergaul, dan menyenangkan serta ramah. Meskipun menjabat Bupati Sragen, perempuan yang biasa disapa Yuni itu sering kali menunjukkan sikap egaliter di antara para bawahannya.
Bahkan saat bertemu dengan anak-anak pun bisa berperan menjadi sosok ibu yang gemati. Sifat itu terlihat saat Yuni selesai menjalan ibadah Salat Zuhur di Masjid Al Barokah yang masih menjadi satu kompleks dengan SDN 3 Wonokerso, Kecamatan Kedawung, Sragen, Selasa (28/3/2023).
Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024
Di serambi masjid itu, tiba-tiba ada enam anak yang masih berseragam SD datang menemuinya. Mereka melihat Yuni bukanlah figur yang menakutkan tetapi justru sebaliknya. Mereka menyodorkan buku tulisnya untuk sekadar mendapatkan tanda tangan dan kata-kata mutiara.
Di tengah kesibukannya, Yuni pun tetap melayani anak-anak itu dengan senang hati dan ramah. Sambil duduk di kursi, Yuni menorehkan tinta pada buku tulis dari enam siswa Kelas III itu. Sebelum memberi pesan tertulis dan tanda tangannya, ia selalu bertanya tentang cita-cita setiap anak.
Seperti Gisel, salah satu siswi Kelas III SDN 3 Wonokerso, yang senang mendapatkan coretan tangan langsung dari sosok yang diidolakannya itu. Ia menunjukkan tulisan tangan Bupati yang berisi tulisan, “Untuk Gisel. Lakukan yang terbaik di setiap kesempatan yang ada! Do the best!” Tulisan itu ditulis dengan huruf kapital semua dan di bagian bawah tertera tanda tangan dan nama Yuni Sukowati, Bupati Sragen.
“Saya penggemar Ibu Bupati karena sama-sama gemuk,” kata Gisel saat berbincang dengan Solopos.com.
Kata-kata yang berbeda ditorehkan di buku milik Veli, teman satu kelas Gisel. “Belajar dan belajar! Semangat terus untuk berbuat baik!” begitu tulis Yuni di bukunya Veli.
Diva yang bercita-cita ingin menjadi pramugari juga mendapatkan kata-kata penyemangat dari Bupati. Awalnya Diva malu-malu untuk menunjukkan tulisan Bupati kepada Solopos.com. Akhirnya, Diva menunjukkannya. “Untuk Diva. Untuk menjadi pramugari harus pandai berbahasa asing. Mulai belajar dengan cara yang menyenangkan! Sukses untuk Diva!”
Hingga tiba pada giliran Issanti yang ingin menjadi dokter. Mendengar cita-cita Issanti, Yuni yang juga seorang dokter tersenyum. Tanpa banyak kata, Yuni langsung menorehkan bolpoin pinjaman dari anak-anak itu.
“Dokter adalah profesi yang mulai membutuhkan keteguhan untuk meraihnya. Kuncinya adalah belajar. Sukses untuk Issanti,” tulisanya.
Dimintai Bantuan
Hampir di setiap kegiatan selalu ada warga yang antre untuk berfoto, terutama kalangan ibu-ibu. Sebagai seorang Bupati, setiap datang ke desa pun selalu dimintai bantuan. Proposal selalu datang di setiap acara. Seperti halnya saat Safari Ramadan di Wonokerso.
Kepala Desa Wonokerso, Suparno, pun memanfaatkan pertemuan dengan orang nomor satu di Sragen itu dengan mengajukan bantuan pembangunan sumur dalam untuk kebutuhan irigasi pertanian.
“Dulu sudah disurvei dua kali tetapi akhirnya tidak jadi. Sumur dalam itu untuk pengairan sawah. Di sisi lain, juga bantuan pembangunan saluran irigasi untuk pertanian. Mumpung Bulan Puasa, doanya memiliki daya untuk dikabulkan,” katanya yang didengar langsung Bupati.
Soal sumur dalam permintaan kades itu pun ditanggapi Yuni. Lokasi yang diusulkan Kades Wonokerso itu sudah dideteksi menggunakan alat geolistrik dan ternyata di bawahnya tidak ditemukan sumber air sehingga Kades diminta mengusulkan lokasi lain.
Bila lokasi lain itu dicek dengan alat geolistrik memungkinkan adanya cekungan air maka tahun 2023 ini pula bantuan bisa cair. Sedangkan untuk saluran irigasi di Wonokerso ini masuk wilayah Daerah Irigasi Gondang yang kewenangannya ada di pemerintah pusat. Kalau irigasi tersier menjadi tanggung jawab desa.
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
