SOLOPOS.COM - Dimas Mahardi Nugroho, siswa kelas II di SDN 2 Sumberejo yang menjadi korban pengeroyokan saat ditemui wartawan di Sumberejo, Kerjo, Karanganyar, Sabtu (23/11/2013). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR — Kasus siswa SD Karanganyar dikeroyok sebenarnya sudah ada kesepakatan damai. Namun, menurut ibu korban kesepakatan itu belum ada realisasi. Korban pengeroyokan oleh belasan siswa di SDN 2 Sumberejo, Kerjo, Dimas Mahardi Nugroho, mengaku sudah melupakan peristiwa kelam yang dialami akhir Oktober kemarin. Rasa sakit karena tonjokan dan tendangan dari teman-temannya tak dirasakan lagi saat ini.

Saat sekarang pun, dirinya berusaha berteman dengan teman-teman sekelas seperti sediakala. Dimas yang kelahiran Bekasi, 12 Maret 2006 merupakan putra pasangan Mamik dan Jumadi.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Tiga tahun lalu, Dimas diboyong orangtuanya tinggal di desa. Dimas pun akhirnya menimba ilmu di SDN 2 Sumberejo, Kerjo. Di kelas I dan II, Dimas selalu menjadi bintang kelas. Dirinya selalu meraih peringkat pertama. Berada di pangkuan ibundanya di Sumberejo, Dimas memberanikan diri bercerita di hadapan juru warta.

“Saya dikeroyok teman-teman sebanyak dua kali [Selasa (22/10) dan Sabtu (26/10)]. Saya sempat menangis saat itu. Tapi tetap dipukul dan ditendang oleh teman-teman. Pengeroyokan itu berlangsung saat jam pelajaran,” kata Dimas saat ditemui wartawan di Sumberejo, Kerjo, Sabtu (23/11).

Setelah mendengar pengakuan dari Dimas, Mamik turut berbicara di hadapan media. Wanita berjilbab ini masih menyimpan rasa dongkol dan kecewa terhadap pihak sekolah. Baginya, kejadian memalukan itu mestinya tak terjadi seandainya pihak sekolah selalu mengawas seluruh aktivitas yang ada di kompleks sekolah.

“Setelah kejadian itu, sebenarnya ada kesepakatan dengan sekolah [guru]. Intinya, ada kesepakatan yang bersifat material dan nonmaterial di sana. Di antaranya, tuntutan uang Rp50 juta. Setelah disepakati, ternyata hal itu tak ada realiasasi sampai sekarang. Pada prinsipnya, kami tak ingin lagi ada kejadian pengeroyokan di masa mendatang,” katanya.

Terjadinya pengeroyokan siswa kelas II ini sempat menggemparkan warga di Kerjo. Tokoh masyarakat di sana dimintai menjadi saksi kesepakatan damai yang dibuat pihak sekolah dengan orangtua.

“Ini persitiwa memalukan yang terjadi di dunia pendidikan. Anak-anak kecil tak dapat dibiarkan berbuat seenaknya sendiri. Apalagi, informasi yang saya terima, anak-anak itu ada yang membuat kelompok sendiri [geng]. Waktu pengeroyokan, kaki dan tangan Dimas juga diikat. Kalau sudah seperti itu, artinya guru di sana seolah lepas tanggung jawab. Ini yang tak boleh dibiarkan,” kata tokoh masyarakat setempat, Sogol S. Sadino.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya