SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al-Kautsar Sholikah Mukminah menjelaskan, tidak ada aksi kekerasan (bullying).

Harianjogja.com, SLEMAN-Pihak sekolah membantah adanya aksi kekerasan yang dialami JAT, siswa kelas II sekolah tersebut. Pihak sekolah mengaku, jika peristiwa tersebut terjadi secara tidak sengaja.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Sekolah Madrasah Ibtidaiyah Al-Kautsar Sholikah Mukminah menjelaskan, tidak ada aksi kekerasan (bullying) terhadap JAT di lingkungan sekolah. Dia menjelaskan, kejadian pada Kamis (20/10/2016) terjadi saat jam istirahat.

Ketika itu, JAT dan siswa kelas II lainnya bermain bersama siswa kelas IV. “Ketika bermain bersama itu, perut JAT terkena kaki dari siswa lain. Jadi tidak benar kalau ada unsur penganiayaan. Namanya anak-anak gojek, main-main, kemudian terjadi peristiwa itu,” kata Sholikah, Kamis (11/10).

Dia membantah jika pihak sekolah melakukan pembiaran pascakejadian itu. Menurutnya, seusai mendapatkan laporan dari orang tua JAT yang kencing mengeluarkan darah. Saat pemeriksaan medis di RSA UGM, pihak sekolah ikut mendampingi. “Sebenarnya kami juga ingin melihat hasil visum dari RSA UGM, tapi tidak diperbolehkan. Orangtua JAT juga tidak memberitahukan hasilnya,” kata dia.

Setelah peristiwa itu, wali kelas II pun mengingatkan agar JAT berhati-hati ketika bermain. Sayangnya, peristiwa serupa kembali terjadi pada Selasa (31/10). Saat bermain-main dengan temannya, JAT kembali tertendang di bagian kemaluan. Tidak hanya JAT yang menangis kesakitan, teman sekelas yang tidak sengaja menendang juga ikut nangis. “Saat pelajaran JAT mengeluh tidak bisa mengeluarkan air kencing. Kami langsung menghubungi orang tua JAT untuk membawa ke UGD Pantirapih,” jelasnya.

Sholikah menjelaskan, pihak rumah sakit saat itu memutuskan alat vital JAT harus dioperasi. Operasi yang dilakukan berupa sirkumsisi atau sunat. Pasalnya, berdasarkan keterangan dokter, ada pengendapan darah di ujung penutup kemaluan JAT. “Endapan itu terjadi sudah lama dan diduga bukan hasil luka tendangan saat itu. Kalau baru terjadi, pastinya yang keluar darah segar. Tapi itu sudah membusuk,” ujarnya.

Menurutnya, sekolah sudah memenuhi permintaan orangtua JAT dan seluruh biaya pemondokan di rumah sakit selama hampir seminggu di tanggung oleh sekolah. Biaya rumah sakit sekitar awalnya Rp13 juta menjadi Rp10 juta. “Itu dikarenakan dokter yang menangani tidak mau dibayar setelah mengetahui pihak sekolah yang membayar,” jelasnya.

Menurut Sholikah, petugas dari Polsek Mlati sudah mendatangi sekolah. Itu terjadi akibat laporan dari orangtua JAT. Menurutnya, mediasi antara sekolah dengan para orangtua yang terlibat dalam peristiwa itu sejatinya akan dilakukan Kamis (10/11). Namun ditunggu selama dua jam, orangtua JAT tidak menghadirinya. “Akhirnya, mediasi tidak jadi dilakukan,” ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya