Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Pelajar kelahiran 1 Oktober 1995 ini memang suka merias diri, sehingga ketika ditunjuk untuk mengikuti lomba merias wajah dan kuku dia begitu bersemangat. Saat ditemui Espos, Selasa (5/8), Rodiyah yang saat itu didampingi gurunya, Remiyati, sebagai penerjemah, mengatakan keterbatasan yang dia miliki bukan menjadi penghalang untuk berprestasi. Walaupun dia tuna rungu, dia bisa membuktikan bahwa dia bisa seperti yang lain.Tidak perlu waktu lama untuk mempersiapkan diri. “Sudah ada dasarnya, karena ada pelajaran sebelumnya di sekolah,” ujar Rodiyah.
Saat lomba tingkat Kota Solo, Mei lalu, putri pasangan Suyatman dan Murwarni ini pun lolos dengan mulusnya. Dengan tema fauna, dia menggambar kupu-kupu di pipi sebelah kirinya. Dia pun dengan mulus mewakili Solo ke tingkat provinsi karena hanya punya tiga saingan.
Saat maju di tingkat Jawa Tengah, Rodiyah mengatakan sempat pesimistis. Sebab harus berhadapan dengan 35 peserta. Namun, juri tertarik dengan riasan yang dibuatnya. Rodiyah pun mewakili Jawa Tengah di tingkat nasional.
Rodiyah mengubah sedikit dari gambar kupu-kupu untuk lomba tingkat kota dan provinsi menjadi merak untuk lomba tingkat nasional. Untuk menggambar merak tersebut di wajahnya, Rodiyah membutuhkan waktu 2,5 jam dari total waktu yang diberikan panitia selama tiga jam. “Karena sudah terbiasa, jadi cepat,” ujar dia. Sayang, saat tingkat nasional dia harus mengakui keunggulan peserta dari provinsi Riau dan Yogyakarta. Dia pun harus puas dengan peringkat III.
Sebelumnya, Rodiyah juga mendapat juara harapan I dalam lomba tari berpasangan pada 2013. Namun, saat itu dia hanya sampai tingkat Jawa Tengah.