SOLOPOS.COM - Ilustrasi pendidikan vokasi. (Dok. Solopos/Burhan Aris Nugraha)

Solopos.com, SOLO –  Pemerintah mengubah secara mendasar dan menyeluruh sistem pendidikan vokasi dan pelatihan vokasi untuk menjawab kebutuhan dan tuntutan zaman dalam urusan sumber daya manusia unggul dan terampil.

Pengubahan mendasar dan menyeluruh sistem pendidikan vokasi itu juga demi mewujudkan visi Indonesia yang berdaulat, maju, adil, dan makmur pada 2045. Langkah tersebut dilakukan dengan menerbitkan Peraturan Presiden Nomor 68 Tahun 2022 tentang Revitalisasi Pendidikan Vokasi dan Pelatihan Vokasi. Ulasan lengkap bisa dibaca di Perubahan Mendasar Pendidikan Vokasi Menjawab Tuntutan Zaman.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejak kali pertama ditemukan di Kuba pada abad ke-15, orang-orang menikmati sebatang rokok dengan cara konvensional, yakni dibakar lalu diisap asapnya. Setelah enam abad kemudian, muncul cara baru menikmati rokok yakni dengan dipanaskan sehingga tidak mengeluarkan asap.

Produk tembakau inovatif bebas asap dari Sampoerna melalui produk Iqos dan Heets mengubah cara manusia menikmati rokok yang sudah berlangsung selama berabad-abad. Uraian lengkap tersaji di Tembakau Bebas Asap Ubah Cara Konvensional Nikmati Sebatang Rokok.

Sambal tak dapat dipisahkan dari selera makan orang Indonesia. Sambal pernah menjadi sarana uji nyali di kalangan orang kulit putih Eropa pada masa Hindia Belanda. Cita rasa yang kian pedas, kian histeris mereka menyantapnya.

Sambal menjadi salah satu jenis kuliner yang diusung dalam acara Solo Indonesia Culinary Festival 2022 di Benteng Vastenburg Solo, 4-7 Agustus 2022. Jejak sambal sebagai penggugah selera makan telah ada sejak masa lampau. Penjelasan lengkap tersaji di Kian Pedas Kian Histeris, Uji Nyali Makan Sambal Tuan Kulit Putih.

Situs pemujaan arwah leluhur nenek moyang berupa punden berundak di puncak Gunung Lawu ada sejak era megalitikum. Keberadaan punden tersebut diketahui kali pertama berdasarkan laporan geolog F. Junghuhn dalam Majalah Java Nomor II/1853.

Tulisan lain mengenai tinggalan arkeologis di kawasan Gunung Lawu juga terdapat pada buku terbitan Balai Pustaka pada 1936 yang berjudul Tjarios Redi Lawoe. Buku karangan M. Hardjodisastro itu memuat cerita-cerita rakyat yang berkaitan erat dengan bangunan-bangunan batu di puncak Gunung Lawu. Ulasan lengkap tersaji di Sepuluh Situs Pemujaan di Puncak Gunung Lawu Sejak Era Megalitikum.

Semua berita di atas bisa dibaca hingga tuntas di kanal Espos Plus. Konten-konten premium di kanal Espos Plus menyajikan pembahasan dengan sudut pandang tajam, komprehensif, dan berdata lengkap. Konten premium menyajikan analisis mendalam atas suatu topik. Silakan mendaftar terlebih dulu untuk mengakses konten-konten premium tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya