SOLOPOS.COM - Green house dibangun Pemdes Bogem, Kecamatan Bayat untuk budi daya melon di lahan kas desa yang sebelumnya lahan tandus, Selasa (27/9/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso).

Solopos.com, KLATEN — Pemerintah Desa Bogem, Kecamatan Bayat melalui Badan Usaha Milik Desa (BUM Desa) membikin green house untuk budi daya melon. Pengembangan itu terinspirasi dari petani milenial desa setempat yang lebih dulu melakukan budi daya tanaman menggunakan green house.

Pengembangan budi daya melon di dalam green house dilakukan mulai tahun ini. Lokasinya di tanah kas yang selama ini tak produktif di belakang lapangan desa setempat.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Desa (Kades) Bogem, Tri Raharja, mengatakan kondisi lahan tersebut sebelumnya merupakan lahan tandus. Tanah di daerah tersebut sulit dilairi air sebagai kebutuhan irigasi.

“Per patok disewa petani hanya Rp110.000 per tahun,” kata Tri Raharja saat ditemui di lokasi green house, Selasa (27/9/2022).

Pemerintah desa (Pemdes) memanfaatkan lahan tandus tersebut untuk pengembangan budi daya tanaman menggunakan green house. Pada tanam perdana, green house itu digunakan budi daya melon. Pada pekan lalu, tanaman melon di dalam green house itu dipanen dan langsung dijual ke para broker.

Baca Juga: Kendalikan Inflasi, Klaten Canangkan Penanaman 1 Juta Cabai Mulai Pekan Depan

Tri Raharja menjelaskan pengembangan budi daya tanaman menggunakan green house itu lebih menjanjikan ketimbang disewakan. Dia optimistis pengembangan tersebut bisa mendongkrak pendapatan asli desa (PAD). Apalagi, selama setahun budi daya melon bisa panen empat kali.

“Sebelum ada green house ini paling banter PAD hanya Rp5 juta hingga Rp6 juta per tahun. Kalau dari hasil budi daya tanaman menggunakan green house ini kami perkirakan bisa menyumbang Rp27 juta hingga Rp30 juta per tahun. Itu jika pengelolaan dikerjakan sendiri,” jelas Tri Raharja.

Sekretaris Desa (Sekdes) Bogem, Sukana, juga menjelaskan lokasi pengembangan green house sebelumnya tanah tandus dan disewa warga. Selama setahun, lahan tersebut hanya bisa dua kali masa tanam.

Berkaca dari kesuksesan salah satu petani milenial di Bogem, Pemdes setempat tertarik ikut membuat green house. Pemdes lantas mengalokasikan anggaran membangun green house berukuran 10 meter x 40 meter beserta alat pendukungnya.

Baca Juga: Datangi Pekarangan Petani Milenial di Jatinom, Bupati Klaten Panen Cabai

“Anggaran yang dikeluarkan untuk pengembangan ini Rp186 juta,” ungkap dia.

Sukana menjelaskan greenhouse itu bisa menampung 660 polybag dengan setiap polybag bisa digunakan menanam dua tanaman melon. Pengelolaan budi daya melon di green house itu melibatkan enam orang yang mayoritas petani milenial.

Dari green house itu bisa dipanen 1,2 ton melon pada panen perdana saat pekan lalu. Hasil panen langsung dibeli oleh para broker.

“Sebelumnya ada pihak yang siap menampung hasil panen. Pemasaran melonnya sampai ke Boyolali serta Sukoharjo,” ungkap Sukana.

Baca Juga: Ironi Krisis Petani Muda di Negara Agraris

Nilai total penjualan hasil panen perdana itu mencapai Rp28 juta. Sementara, biaya operasional budi daya tanaman itu pada kali pertama tanam mencapai Rp16 juta.

Sukana mengatakan pengembangan budi daya tanaman menggunakan green house itu menjanjikan termasuk guna mendongkrak PAD. Rencananya, Pemdes Bogem membangun satu green house lagi untuk memperluas budi daya pada 2023.

Sukana mengatakan budi daya tanaman menggunakan green house di wilayah Bogem belakangan terus berkembang terinsipirasi dari seorang petani milenial di desa setempat. Saat ini, ada empat green house di Bogem.

Sukana menjelaskan tak menutup kemungkinan budi daya tanaman menggunakan green house bisa menjadi potensi wisata.

Baca Juga: Petani Milenial Klaten Gulirkan Program 1 Kecamatan 1 Pabrik Pupuk

“Harapannya seperti itu. Sudah banyak warga yang buat green house,” kata dia.

Kualitas melon yang dikembangkan dari green house itu disebut-sebut lebih unggul dibandingkan budi daya melon di lahan terbuka. Salah satu keunggulan yakni tanaman lebih aman dari serangan hama hingga bisa diperoleh buah berkualitas.

Sementara, kualitas rasa melon jenis golden pada panen perdana lebih manis dibandingkan melon yang dibudidayakan di lahan. Rata-rata melon hasil panen perdana memiliki berat 1,7 kg hingga 1,8 kg.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya