SOLOPOS.COM - Warga RT 001/RW 001, Desa Glonggong, Nogosari, Boyolali, melaksanakan ronda, beberapa waktu lalu. Ronda menjadi salah satu upaya efektif untuk menjaga keamanan wilayah, termasuk untuk mengantisipasi aktivitas terorisme. (JIBI/SOLOPOS/Oriza Vilosa)

Warga RT 001/RW 001, Desa Glonggong, Nogosari, Boyolali, melaksanakan ronda, beberapa waktu lalu. Ronda menjadi salah satu upaya efektif untuk menjaga keamanan wilayah, termasuk untuk mengantisipasi aktivitas terorisme. (JIBI/SOLOPOS/Oriza Vilosa)

BOYOLALI – Menghidupkan kembali sistem keamanan lingkungan (siskamling) yang sudah ada di suatu wilayah kampung atau desa/kelurahan, dinilai bisa menjadi salah satu langkah mengantisipasi pergerakan pelaku terorisme di wilayah bersangkutan.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Demikian disampaikan Wakapolres Boyolali, Kompol Amingga Primastito, yang mewakili Polres Boyolali, AKBP Budi Haryanto sebagai pembicara dalam seminar dan sosialisasi bertema Peran masyarakat dalam menangani aksi teroris di Indonesia yang diadakan Dirjen Kesbangpol Kementerian Dalam Negeri bekerja sama dengan LSM Peduli Bangsa di Gedung Singosewayan, Jl Merapi Boyolali, Senin (1/10/2012).

Menurut Wakapolres, masyarakat memiliki peranan penting dalam mengantisipasi aksi terorisme. ”Keterlibatan masyarakat secara langsung bisa dengan menghidupkan kembali siskamling yang sudah ada,” paparnya. Langkah antisipasi lain yang dapat dilakukan yaitu dengan mengadakan kontak langsung imbal balik dan bentuk kelompok-kelompok kecil di tingkat RT.

”Beri pengertian untuk melakukan pengawasan terhadap lingkungan di mana kita bertempat tinggal. Ketua RT selalu mendapatkan data warganya melalui pengumpulan KK [kartu keluarga], surat nikah, dan KTP [kartu tanda penduduk] untuk mengetahui warganya yang keluar masuk tempat tinggalnya,” imbuh dia. Melalui RT dan para tokoh masyarakat, diharapkan selalu ikut menguasai lingkungan dan tempat-tempat kos maupun terhadap warga baru baik yang memiliki perilaku yang aneh-aneh maupun yang biasa-biasa saja.

Sementara menurut Ketua LSM Peduli Bangsa, Nur Hasan, diharapkan melalui seminar dan sosialisasi itu tumbuh kewaspadaan di tingkat masyarakat untuk mengantisipasi gerakan aksi terorisme di wilayah Boyolali. Hal itu menurut dia penting mengingat salah satu pelaku aksi terorisme di Solo kemarin, merupakan warga Boyolali yakni dari Desa Sukorame, Kecamatan Musuk.

“Ini menjadi kewaspadaan bersama untuk menangkal terorisme, salah satunya dengan melibatkan peran serta masyarakat,” terangnya.

Menurut pembicara lainnya, Dosen Sosiologi Universitas Negeri Semarang (Unnes), Moh Yasir Alimi, perlu diwaspadai generasi baru teroris. Menurut dia, perlu langkah deradikalisasi baik yang dilakukan pemerintah maupun masyarakat. Pendekatan keamananan pemerintah menurut dia harus dibarengi dengan inisiatif pendekatan sosial kemasyarakatan. Langkah itu demi melindungi generasi muda dari pola-pola rekruitmen terorisme, yang saat ini sasarannya malah anak SMP maupun SMA. “Perlu deradikalisasi baik inisiatif negara maupun masyarakat,” kata dia.

Bagi masyarakat, patut diwaspadai jika ada orang asing yang masuk ke lingkungan, apalagi jika orang baru tersebut tidak pernah ikut rapat RT atau jarang bergaul dan seringkali meninggalkan rumah dalam keadaan kosong. “Termasuk jika ada warga baru atau lama yang sering ada tamu pada tengah malam,” tandasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya