SOLOPOS.COM - Peni Candra Rini (Kharisma Dhita Retnosari/JIBI/Solopos)

SIPA 2016 menetapkan Peni Candra Rini sebagai maskot yang baru.

Solopos.com, SOLO – Gesekan rebab Peni Candra Rini mengalun syahdu. Dengung lagu yang dia lantunkan, membahasakan nada dalam merdu suaranya. Gaun panjang hitam dengan dominasi motif batik parang penuh kilau warna emas membuat penampilannya begitu anggun dan berkarakter.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Aplikasi imajinasi gender dan perangkat gamelan rancangan desainer Joko SSP yang dibuat kontemporer begitu memikat. Dengan penampilannya tersebut, sesi pemotretan maskot Solo International Performing Art (SIPA) 2016 di N 11 Garasi Studio Ngemplak, Banjarsari, Solo pada Rabu (25/5/2016) sore begitu luruh dalam suasana yang tak biasa.

Ekspedisi Mudik 2024

Betapa tidak, di gelungan tinggi sanggulnya, sebuah pemukul gamelan disulap menjadi konde. Di pergelangan tangannya, bilah-bilah miniature gender berubah menjadi sebentuk gelang. Pernak pernik pakaian hingga aksesori kalung, anting, dan sepatunya, semuanya unik. Sekilas mirip perangkat gamelan. Sekilas, Peni seolah tampil sebagai metafora suara musik.

Peni Candra Rini, seorang komposer, musisi, dan pegiat seni tradisi karawitan bertaraf Internasional inilah yang secara spesial didapuk sebagai maskot SIPA 2016. Dalam desain kostumnya pun, Peni dan Joko SSP juga melakukan brainstorming bersama untuk menghadirkan metafora suara atau musik dalam gaun kostumnya.

Uniknya lagi, tak hanya metafora suara yang indah, suara yang miris pun dihadirkan di sini.

“Metafora suara-suara terpinggirkan, suara ketertindasan, suara minimalis dari seluruh dunia kita hadirkan di sini. Metafora dari masyarakat bawah yang tidak bisa menyerukan pada masyarakat di dunia. Satu konsep yang akan saya masukkan dalam komposisi,” ujar dia dalam jumpa pers usai sesi pemotretan, Rabu sore.

Berbeda dengan penyelenggaraan sebelumnya, SIPA 2016 kaya ragam filosofi musik secara global. Tak hanya musik dalam konteks suara yang indah, namun juga suara-suara terpinggirkan yang ada di dunia. Peni mencontohkan ketidakadilan gender di North Carolina, Amerika Serikat menjadi salah satu inspirasi karya yang akan dihadirkannya.

“Saya beruntung sekali dipercaya sebagai maskot SIPA 2016. Menurut saya, ini adalah momentum yang pas, dengan tema yang juga mendukung, Maha Swara. Tidak hanya suara yang indah-indah saja, tapi suara miris dari penjuru dunia juga kita hadirkan dengan konsep yang sedemikian rupa,” lanjut dia.

Sementara itu, Koordinator acara SIPA 2016, Much. Faikar Rais, mengatakan pada 2016 ini SIPA hadir dengan tema Maha Swara yang sarat dengan pesan kemanusiaan melalui keindahan seni pertunjukan. Seni pertunjukan pun dibuat berbeda dengan kehadiran beragam budaya bangsa dari Indonesia dan juga dari berbagai penjuru dunia. Di antaranya ada Dewa Budjana, Maya Hasan, Sruti Respati, Ubiet, Vicky Sianipar, Gangsa Dewa, Djaduk Ferianto, dan sejumlah delegasi dari Malaysia, Perancis, Singapura, Thailand, Korea, Amerika Serikat, dan Afrika.

“Itu masih bisa bertambah terus sampai hari H pada 8-10 September mendatang di Benteng Vastenburg Solo,” ujar dia, Rabu sore.

Kharisma Dhita Retnosari/JIBI/Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya