SOLOPOS.COM - Ariyo Hantoro, 35, pemuda asal Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom sukses mengembangkan usaha olahan singkong bernama Singkong Keju Meletus. Foto diambil Selasa (19/7/2022). (Solopos.com/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN — Ariyo Hantoro, 35, pemuda asal Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom sukses mengembangkan usaha olahan singkong. Usaha itu diberi nama Singkong Keju Meletus.

Usaha olahan singkong itu dirintis Ariyo bersama keluarganya sejak 2006. Saat itu, Ariyo masih kuliah di Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta. Kala itu, dia berjualan menggunakan gerobak dibantu saudaranya di depan kampus UGM saban sore sampai malam.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Proses produksi dilakukan di rumah keluarganya di Dukuh Giripolo, Desa Mranggen, Kecamatan Jatinom. Nama Singkong Keju Meletus terinspirasi dari aktivitas Gunung Merapi yang mengalami erupsi ketika dia mulai berjualan olahan singkong itu.

Usaha yang digeluti Ariyo bersama keluarganya terus berkembang. Selain rumah tangga, singkong bikinan Mranggen itu masuk ke coffe shop hingga hotel. Penjualan Singkong Keju Meletus merambah ke berbagai daerah mulai dari Pulau Jawa, Sumatera, Batam, hingga Bali.

Ketika sejumlah usaha rata-rata anjlok gara-gara pandemi Covid-19, penjualan Singkong Keju Meletus justru menunjukkan tren peningkatkan. Bahkan, omzet yang diperoleh naik tiga kali lipat dibandingkan sebelum pandemi.

Baca Juga: Ramai Diburu Warga, Ternyata Getuk Yoko Klaten Sudah Ada Sejak 1976

Kondisi itu tak lain berkat inovasi pengembangan olahan singkong yang dilakukan Ariyo bersama keluarganya. Tak hanya memproduksi olahan singkong siap saji, usaha itu mengembangkan olahan singkong dalam bentuk frozen food agar lebih tahan lama.

“Daya tahannya itu tiga bulan karena kami tidak menggunakan bahan pengawet,” kata Ariyo saat ditemui di tempat produksi Singkong Keju Meletus di Desa Mranggen, Selasa (19/7/2022).

Ariyo menjelaskan awalnya hanya ada satu varian singkong keju. Kini ada 11 varian, yakni singkong keju, tela-tela, stik singkong, timus, kroket, combro, getuk, dan gemblong. Belasan varian itu tersaji dalam bentuk frozen food.

“Varian ini muncul menyesuaikan keinginan konsumen,” ungkap dia.

Baca Juga: Asal Usul Nama Getuk Yoko Klaten, Ternyata Begini Ceritanya

Dalam sebulan, tempat usaha itu mengolah sekitar 9 ton singkong. Singkong diprioritaskan berasal dari hasil panen petani di wilayah Mranggen dan sekitarnya. Alasannya, menjaga kualitas hasil olahan menggunakan singkong segar.

Selain itu, Ariyo memprioritaskan membeli singkong dari petani di wilayah Mranggen dan sekitarnya sesuai dengan niatannya sejak awal, yakni menaikkan harga jual singkong. Saat awal membuka usaha, harga singkong sekitar Rp500-Rp700 per kg. Kini, harga singkong mencapai Rp3.000-Rp4.000 per kg.

Usaha itu dikembangkan dengan menggandeng warga sekitar. Sebanyak 10 ibu rumah tangga terlibat dalam proses produksi olahan singkong tersebut. Selain itu, sejumlah warga menjadi bagian dari tim produksi. Ariyo bekerja sama dengan sejumlah petani untuk menyediakan bahan baku olahan singkong dan dibeli dengan harga tinggi.

Ariyo mengatakan usaha keluarga tersebut dikembangkan dengan falsafah cassava in integrated farming system, ecofarming, and sustainable. Proses produksi tak menghasilkan limbah.

Baca Juga: Dimasak Berjam-Jam, Tengkleng Ndas Kambing di Klaten Ini Laris Manis

Seluruh bagian tanaman singkong dimanfaatkan. Singkong berkualitas bagus diolah untuk proses produksi. Daun tanaman singkong atau singkong yang tak layak digunakan pakan ternak. Ada puluhan domba yang diternak di tempat usaha tersebut.

Limbah yang dihasilkan dari ternak dimanfaatkan pupuk tanaman singkong. Sementara, batang singkong dimanfaatkan sebagai salah satu sumber bahan bakar. Proses memasak singkong tak menggunakan elpiji melainkan menggunakan kayu bakar untuk menjaga kualitas olahan.

“Falsafah itu artinya pertanian singkong yang terintegrasi dengan peternakan dan ecofarming yang berarti tanpa limbah. Limbahnya untuk pakan ternak termasuk kulit singkong. Kemudian sustainable itu berkelanjutan yang artinya setiap hari panen singkong,” kata dia.

Ariyo berencana mengembangkan usaha Singkong Keju Meletus itu menjadi agrowisata. Tempat usaha itu bisa menjadi eduwisata pengolahan singkong hingga pertanian terintegrasi. Agrowisata itu bisa dikolaborasikan dengan karang taruna hingga pemerintah desa guna mengembangkan potensi yang ada di Mranggen seperti Umbul Kroman.

Baca Juga: Bikin Ketagihan! Ini Garang Asem Andalan Bu Hj Salamah Ceper Klaten

Rencana itu bergulir untuk menangkap peluang jalan tol Solo-Jogja yang bakal melintasi Klaten. Pasalnya, Desa Mranggen dekat exit tol yang berada di Desa/Kecamatan Ngawen.

“Posisi di sini dengan pintu tol itu hanya 10 menit,” jelas Ariyo.

Salah satu warga Desa Mranggen, Arif, mengatakan banyak petani di wilayah Mranggen yang selama ini menanam singkong. Dia membenarkan singkong hasil panen petani sebagian diserap di tempat usaha Singkong Keju Meletus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya