SOLOPOS.COM - Kartu Indonesia Sehat Sari Rezita Ariyanti. (Istimewa/Bacroft Images)

Kisah tentang Sari menjadi viral setelah diangkat sebuah media luar negeri.

Solopos.com, PIDIE JAYA – Kisah nyata yang menggerus hati muncul dari Pidie Jaya, Aceh. Perempuan berusia 23 tahun ,Sari Rezita Ariyanti, mengalami sindrom langka yang membuat pertumbuhannya terhambat. Normalnya diusia tersebut Sari bisa braktivitas layaknya perempuan dewasa, tapi kini dia menjalani hidup layaknya balita.

Promosi Siap Layani Arus Balik, Posko Mudik BRImo Hadir di Rute Strategis Ini

Cerita mengenai Sari diliput oleh media asal Inggris yang berfokus membuat video atau liputan dokumenter, Barcroft TV. Liputan mengenai Sari diunggah melalui saluran Youtube Barcroft TV, Rabu (1/2/2017) kisah tersebut dimasukan dalam kategori Born Different yang rutin meliput fenomena kelainan medis.

Sari lahir di Dusun Dayah Kleng, Desa Meunasah Balek, Kecamatan Meureudu, Kabupaten Pidie Jaya, Aceh, pada 16 Oktober 1993. Putri dari pasangan Suryani H Suud dan Muslem itu lahir secara normal dan awalnya tumbuh seperti bayi-bayi lainnya. Sang ibunda baru mencurigai kalau Sari mengalami kelainan saat usianya dua tahun.

“Dulu umur dua tahun, kenapa enggak bisa apa-apa, enggak bisa ngomong, enggak bisa jalan,” ungkap Suryani dalam video yang dirilis Barcroft TV. Kondisi ekonomi keluarga yang sangat terbatas membuat Sari tumbuh tanpa diagnosa pasti mengenai kondisinya.

Suryani bercerita mengenai betapa sedih hatinya menghadapi kenyataan kondisi yang dialami Sari. “Orang-orang pasti menatap kami dan bertanya mengapa dia [Sari] pendek sekali? mengapa sari tidak bisa berbicara?” cerita Suryani. Meski demikian Suryani mengaku sangat menyayangi Sari dan bersyukur saudara Sari juga menyanyangi dan mau merawat Sari.

Sari merupakan putri kedua dari lima bersaudara. Tinggal di Dusun Dayah Kleng, Sari kini ditemani ibu dan kakaknya bernama Lela. Di usia ke-23 tahun, Sari memiliki tinggi 87 cm dan berat 20 kg, ia juga mengalami menstruasi secara rutin. Selayaknya perempuan dewasa, Sari kerap meminta ibunya untuk memakaikan riasan di wajah setelah mandi.Sari saat bermain di dekat rumah (Jefta Images-Bacroft Images)

Sari pertama kali mendapat penanganan dokter dan mendapat diagnosa pasti mengenai kondisinya di usia 13 tahun. Tim Dokter dari Rumah Sakit Ibnu Sina, Kota Sigli, mendiagnosa Sari mengalami Sindrom Turner yang membuat hormon pertumbuhannya tidak melakukan kinerja secara normal. Kelainan ini merupakan bawaan lahir yang sangat langka karena terjadi di satu dari 2000-2500 bayi dan hanya diderita bayi perempuan.

Sindrom ini menyebabkan lambatnya pertumbuhan tubuh dan organ reproduksi. Sindrom Turner tidak bisa disembuhkan, namun diagnosa dini memungkinkan penderita mampu menjalani kehidupan normal dengan bantuan obat.

“Diagnosa kondisi Sari yang sangat terlambat membuat kondisinya kini lebih sulit ditangani. Kami baru menangani Sari saat usianya di atas 10 tahun. Kalau saja kami mengetahui kondisi Sari saat usianya enam bulan, kami bisa berkonsultasi dengan orang tuanya untuk mengambil tindakan,” terang Dokter Rumah Sakit Ibnu Sina, Suriadi Umar.

Suriadi menambahkan, dengan semangat dan niat positif, Sari bisa dilatih bergerak dan berjalan melalui terapi yang tepat. Kini sari menjalani terapi satu kali tiap pekan, meski masih harus menggunakan kursi roda, Suriyani berharap suatu hari nanti Sari bisa berjalan.

“Dia mungkin bisa berjalan, kata dokter hal itu mungkin terjadi dengan terapi yang tepat,” tutup Suriyani.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya