Solopos.com, SOLO — Siswa SMPN 4 Solo masih dilarang menggunakan angkutan umum ketika berangkat/pulang sekolah selama simulasi PTM. Sementara itu, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menyoroti jarak tempat duduk di ruang guru yang belum maksimal.
Kepala SMPN 4, Sri Wuryanti, mengatakan pelaksanaan simulasi pembelajaran tatap muka atau PTM di sekolahnya yang sudah berjalan sepekan sejak Rabu (4/11/2020) berjalan lancar.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Namun demikian, pihaknya belum mengizinkan siswa peserta simulasi PTM menumpang kendaraan umum ke sekolah sebagai langkah antisipasi/mengurangi risiko penularan Covid-19.
Tak Layani Tes Mandiri, Ini Lho Fokus Layanan Swab 7 Puskesmas di Karanganyar
“Kami selalu memantau setiap hari dan simulasi PTM berjalan lancar. Tapi anak-anak belum boleh naik kendaraan umum dan harus tetap diantar jemput orang tuanya atau kerabatnya. Ini untuk menjamin keamanan siswa selama simulasi PTM ini,” ujarnya saat ditemui di sekolah, Selasa (10/11/2020).
Sri Wuryanti menambahkan simulasi pekan kedua pada tahap pertama ini akan dilanjutkan. Pada akhir pekan, siswa peserta simulasi PTM tahap pertama ini akan kembali di-rapid test untuk deteksi Covid-19.
“Sesuai rencana, guru dan siswa di-rapid test pada awal dan akhir simulasi agar bisa dipantau kondisinya sebelum dan sesudah PTM,” imbuhnya.
Obituarium Rahayu Supanggah: Sosok Kebapakan yang Kadang Keras Tapi Berhati Lembut
Sementara itu, Kepala Dinas Pendidikan (Disdik) Solo Etty Retnowati mengatakan rencana perluasan simulasi akan tergantung dari pelaksanaan simulasi PTM di kedua tahap tersebut.
Sarana dan Prasaran Belum Maksimal
Sementara itu, salah satu anggota komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Retno Listyarti pada hari yang sama mengunjungi SMPN 4 Solo. Ini adalah sekolah ke-46 di Indonesia yang ia kunjungi.
Setelah meninjau ruang-ruang di SMPN 4, Retno memberikan tiga catatan tentang sarana dan prasarana yang dinilainya belum maksimal.
“Yang pertama adalah tempat duduk di ruang guru jaraknya belum satu setengah meter, musala juga belum ada penanda jarak antarjemaah, dan perpustakaan juga begitu. Ini kami sampaikan sebagai catatan, dan pihak sekolah tadi siap melakukan pembenahan. Tapi secara keseluruhan, sekolah ini sudah siap [dalam penyelenggaraan simulasi PTM] dan baik. Apalagi didukung oleh Pemkot dan DPRD-nya. Saya mengapresiasi,” ujarnya kepada wartawan.
Bangkitkan Nasionalisme, Berikut 8 Kisah Pahlawan Nasional yang Diangkat ke Layar Lebar
Menanggapi catatan KPAI tersebut, Sri Wuryanti mengatakan siap melakukan pembenahan sesuai arahan.
“Semuanya akan kami sesuaikan dengan ketentuan. Dan tahap awal ini memang kelas dulu yang kami fokuskan sebagai aktivitas siswa, karena mereka saat ini juga belum mengakses musala dan perpustakaan. Tapi catatan ini akan kami kami tindaklanjuti,” ujarnya.