SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Simulasi bencana digelar di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates

Harianjogja.com, KULONPROGO– Gempa berkekuatan 8,3 SR terjadi di kawasan pantai selatan DIY pada sekitar pukul 10.00 WIB, Sabtu (12/3/2016). Meski hanya 10 detik, gempa tersebut menimbulkan dampak kerugian yang cukup parah bagi Kulonprogo, khususnya di wilayah Kecamatan Temon, Wates, Galur, dan Panjatan.

Promosi Kisah Pangeran Samudra di Balik Tipu-Tipu Ritual Seks Gunung Kemukus

Getaran gempa terasa hingga kawasan Kota Wates, termasuk di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Wates. Kegiatan pelayanan pun terhenti akibat pecahnya kepanikan. Keluarga dan para tenaga medis berhamburan keluar dan berusaha menyelamatkan pasien.

Ekspedisi Mudik 2024

Saat suasana panik belum mereda, terjadi kebakaran di ruang hemodialisa. Rupanya, getaran gempa telah membuat spesimen cairan jatuh mengenai terminal listrik dan menimbulkan percikan api. Cairan lain yang bersifat eksplosif pun jatuh di tempat yang sama sehingga nyala api tidak bisa dihindarkan. Api semakin membesar dan tidak bisa dipadamkan dengan alat pemadam api ringan (APAR) yang ada.

Pasien segera dievakuasi, termasuk mereka yang berada di bangsal terdekat. Namun, dua pasien telah menjadi korban. Satu pasien diketahui menderita luka bakar berat hingga 70 persen pada bagian punggung, tangan, dan kaki. Sedangkan satu lainnya mengalami luka bakar sedang pada tangan dan tubuh sebelah kiri. Mereka dibawa ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) untuk mendapatkan penanganan medis.

Beberapa menit kemudian, petugas pemadam kebakaran akhirnya datang dan berusaha mematikan api. Sekitar satu jam setelahnya, belasan korban gempa dari wilayah Wates, Temon, Galur, dan Panjatan pun tiba di RSUD Wates. Dua korban diantaranya dinyatakan telah meninggal dunia dalam perjalanan.

Para dokter dan perawat langsung menyingsingkan lengan untuk memberikan pertolongan kepada pada korban selamat. Setidaknya ada lima korban luka berat, lima luka sedang, dan enam luka ringan. Mereka kebanyakan mengalami luka sobek dan fraktur tulang. Ada pula yang mengalami sesak napas akibat syok atau memang memiliki riwayat penyakit asma.

Meski demikian, semua itu hanyalah bagian dari simulasi penanganan bencana di lingkungan RSUD Wates. Ada sekitar 90 orang pegawai yang dilibatkan. Tidak hanya dokter dan tenaga medis lainnya, tetapi juga para karyawan teknis, termasuk petugas parkir.

“Seluruh pegawai harus siap dan siaga jika sewaktu-waktu bencana alam melanda daerah ini,” ungkap Direktur RSUD Wates, Lies Indriyati, ditemui usai simulasi.

Setiap rumah sakit memang wajib memiliki hospital disaster plan (HDP). Rancangannya bisa berbeda-beda karena disesuaikan dengan kondisi gedung maupun kemampuan personil rumah sakit bersangkutan. HDP itu wajib disimulasikan secara berkala agar semua pegawai bisa memahami standar operasional prosedur yang ditetapkan.

Dalam menanggulangi bencana, bukan hanya penanganan korban yang berdatangan ke rumah sakit. Semua elemen RSUD Wates juga harus memahami langkah evakuasi pasien rawat inap, rawat jalan, hingga para penunggu dan pengantar pasien.

“Harapannya jika ada bencana, kita sudah tahu persiapan dan langkah apa yang harus segera dilakukan seihngga jumlah korban bisa diminimalkan,” ujar Dwi Rukmini, salah satu pegawai yang mengikuti simulasi tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya