SOLOPOS.COM - Ilustrasi mayat. (Antara)

Solopos.com, PEMALANG — Publik Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang, Jawa Tengah (Jateng), dihebohkan dengan informasi terkait penemuan mayat remaja putri yang disimpan keluarganya setelah meninggal kurang lebih dua bulan.

Remaja putri yang meninggal itu berinisial SA, 14, warga Dusun Sukatapa, Desa Plakaran, Kecamatan Moga, Kabupaten Pemalang. Ia meninggal dunia dua bulan lalu akibat menderita penyakit tuberkulosis atau TB.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, oleh keluarganya jenazah SA tak kunjung dimakamkan. Jenazah SA disimpan oleh keluarga di rumahnya selama kurang lebih dua bulan.

Ekspedisi Mudik 2024

Baca juga: Heboh! Meninggal, Mayat Remaja di Pemalang Disimpan Berbulan-Bulan

Untungnya, warga sekitar menaruh kecurigaan terhadap keluarga SA. Mereka pun melaporkan peristiwa itu ke aparat kepolisian dan tokoh masyarakat setempat. Alhasil, terungkaplah jika keluarga tersebut menyimpan mayat putrinya yang telah meninggal selama dua bulan lebih. Jenazah remaja putri itu pun akhirnya dimakamkan pada Minggu (9/1/2022) malam.

Camat Moga, Umroni, mengaku kaget mendengar peristiwa itu. Ia pun menduga keluarga korban menganut aliran tertentu sehingga enggan menguburkan putrinya yang meninggal akibat penyakit TB.

“Informasi yang saya terima, keluarga itu menganut aliran tertentu. Saya enggak tahu aliran apa, tapi dalam aliran itu meyakini jika anaknya yang sudah meninggal bisa hidup lagi. Mungkin karena terlalu sedih dan berharap anaknya bisa hidup lagi, jadi mayatnya disimpan,” ujar Umroni saat dihubungi Solopos.com, Rabu (12/1/2022).

Umroni mengaku saat ini masih menyelidiki sosok yang menyebarkan keyakinan tersebut kepada keluarga korban. Ia pun meminta perangkat desa setempat untuk mencegah paham atau aliran yang dianggap sesat itu menyebar ke warga yang lain.

Baca juga: Simpan Mayat Suaminya di Kulkas Setahun Lebih, Wanita 68 Tahun Ditangkap Polisi

Sementara kepada keluarga korban, Umroni mengaku telah memerintahkan pemerintah desa setempat untuk terus memberikan pendampingan. Hal itu perlu dilakukan agar keluarga tersebut menerima dengan ikhlas kepergian putrinya.

“Untuk warga sekitar kami imbau agar tidak menyikapi kejadian ini dengan berlebihan. Keluarga korban juga jangan diasingkan, kalau perlu tetap digandeng agar tidak melakukan tindakan-tindakan yang tidak wajar. Kalau yang saya dengar selama ini, keluarga korban memang jarang bersosialisasi, sehingga saat anaknya meninggal tidak ada yang tahu. Untung, warga curiga karena si anak sudah lama enggak kelihatan. Setelah ditelusuri ternyata meninggal dunia dan tak kunjung dimakamkan,” jelas Umroni.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya