Solopos.com, SOLO — Silir. Nama itu identik dengan pusat pelacuran di Solo. Letaknya di Kelurahan Semanggi, Kecamatan Pasar Kliwon, kawasan pinggiran, dekat Bengawan Solo. Sudah bertahun-tahun kawasan prostitusi itu ditutup, namun istilah kawasan pelacuran tetap melekat di benak masyarakat.
Pelacuran di Silir merupakan kelanjutan dari sejarah bisnis esek-esek di Kota Solo yang berkembang setelah 1870 saat modal swasta berkembang. Saat itu mulai berkembang usaha perkebunan tebu, perusahaan kereta api, pembukaan jalan raya yang membutuhkan buruh dari daerah lain (migran). Di samping itu, banyak orang Belanda dan asing lain yang ke negeri ini tanpa membawa istri.
Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima
Pada 1997, DPRD Kota Solo secara bulat merekomendasi penutupan Resosialisasi Silir kepada Wali Kota Imam Sutopo. Yang ramai jadi perbincangan adalah bagaimana mencegah PSK menyebar setelah Silir ditutup. Wali Kota Imam Sutopo secara resmi menutup Resos Silir pada awal 1998. Selanjutnya, berbagai upaya dan antisipasi dilakukan Pemkot dengan melatih para penghuni menghidupi diri secara lebih bermartabat.