SOLOPOS.COM - Ilustrasi orang sakit. (Freepik)

Solopos.com, SOLO – Silent stroke merupakan salah satu penyakit berbahaya bagi orang berusia 50 tahun ke atas. Penyakit yang minim bahkan nyaris tanpa gejala itu diam-diam mematikan.

Orang yang mengidap silent stroke biasanya tidak menunjukkan gejala yang mencolok. Ayah teman saya yang berusia 70 tahun meninggal dunia akibat strok. Padahal, sebelumnya dia tidak menunjukkan gejala layaknya orang strok.

Promosi Digitalisasi Mainkan Peran Penting Mendorong Kemajuan UMKM

“Ayah saya baik-baik saja, memang seiring bertambahnya usia sering mengalami, blank atau lupa sesuatu, tapi itu hanya sebentar. Kemudian paling mengeluh tiba-tiba anggota tubuhnya mengalami kesemutan,” terang dia beberapa waktu lalu.

4 Bagian Tubuh Beraroma Tak Sedap yang Sering Diciumi

Ekspedisi Mudik 2024

Kondisi tersebut, dianggap wajar mengingat usia sang ayah yang sudah tua. Ketika seseorang mengalami penuaan, biasanya diiringi pikun. Karena mengganggap hal yang biasa, akhirnya tak ada upaya medis apapun untuk membantunya.

Keadaan ini kemudian terus berlanjut tanpa upaya pengobatan, hingga berulang dan berakhir dengan kondisi yang lebih parah, strok. Keadaan ini membuat keluarga panik, pertolongan yang diharapkan memberikan harapan hidup tinggal harapan. Ayahnya pun meninggal dunia.

Mengungkap Rahasia Khasiat Cabai Jawa

Mendengar cerita tersebut, saya pun langsung mencoba mengingat-ingat segala kejadian yang pernah dialami seperti ayah teman saya. Apakah pernah tiba-tiba tak bisa mengingat sesuatu, atau tiba-tiba kesemutan tanpa adanya faktor pemicu atau penyebab.

Menurut dr. Rahadian Singosancoyo Spesialis Saraf di Rumah Sakit (RS) Dr. Oen Surakarta, silent stroke memang minim gejala, sehingga yang mengalaminya tidak menyadari terkena strok. Namun, tetap saja silent stroke berbahaya jika tidak segera mendapatkan penanganan medis.

“Jika hal itu terus berulang bisa menjadi lebih parah, dan akibat yang paling fatal adalah penderita meninggal dunia,” jelas dr. Rahadian ketika berbincang dengan Solopos.com, di ruang praktinya di RS Dr. Oen Surakarta, 19 Juli 2019 lalu.

Perhiasan Rp2 Miliar Milik Lina Mantan Istri Sule Raib, Terkait Hal Mistis?

Strok adalah penyakit yang terjadi ketika pasokan darah menuju otak terganggu atau sama sekali berkurang, sehingga jaringan otak kekurangan oksigen dan nutrisi. Dalam beberapa menit, sel-sel otak mulai mati. Penyakit ini merupakan kondisi yang dapat mengancam hidup seseorang dan dapat menimbulkan kerusakan permanen.

Ada dua jenis strok, yakni strok iskemik dan strok hemoragik. Strok iskemik terjadi ketika pembuluh darah yang memasok darah ke otak tersumbat. Jenis strok ini menyumbang sekitar 87 persen dari semua kasus strok.

Lagi Hamil, Peserta CPNS 2019 Ini Kontraksi Saat Tes SKD

Sedangkan strok hemoragik terjadi ketika pembuluh darah yang memasok darah ke otak menjadi melemah dan pecah. Biasanya strok hemoragik disebabkan dua jenis pembuluh darah yang melemah: aneurisma dan malformasi arteriovenosa ( AVM ).

“Pada strok iskemik, ada yang namanya Transient Ischemic Attack [TIA] atau strok ringan. Pada TIA, ada beberapa gejala yang bisa diketahui dan biasanya berlangsung singkat serta tidak menyebabkan kerusakan pada otak secara permanen, tentu dengan pengobatan dan pengurangan faktor risiko,” jelas dr. Rahadian Singosancoyo.

4 Kuliner Ekstrem di Gunungkidul Selain Codot Bacem

Pada TIA, gejalanya bisa dideteksi saat mengalami mati rasa di salah satu lengan atau kaki, kesulitan memahami pembicaraan, mendadak bingung, dan bisa saja tiba-tiba kehilangan keseimbangan atau koordinasi tubuh, sehingga yang bersangkutan terjatuh.

“Kendati strok ringan gejalanya hilang dalam beberapa menit, namun tidak boleh diabaikan karena strok ringan tetap masuk dalam kegawatan yang perlu penanganan medis secepatnya,” sambung dr. Rahadian Singosancoyo.

Sempat Kebanjiran, Pendaki Dilarang Dirikan Tenda di Pos 2 Gunung Merbabu

Silent stroke atau strok diam-diam memang sering kali penderitanya tidak menyadari mengalami strok. Seringkali gejala yang muncul hanya dikaitkan dengan penuaan. Pasalnya, mereka yang berisiko terkena silent stroke berusia di atas 50 tahun dan sebagian besar pria.

Meski dikenal sebagai “strok diam-diam” dan tidak menunjukkan gejala, namun silent stroke tetap dapat menyebabkan kerusakan permanen di otak karena meningkatkan risiko demensia alias pikun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya