SOLOPOS.COM - Ardian Nur Rizki (Solopos/Istimewa)

Solopos.com, SOLO – Konsulat  Jenderal Republik Indonesia Johor Bahru dan Yayasan Warisan Johor (YWJ) mengadakan kegiatan silang budaya Indonesia–Malaysia bertajuk Wonderful Nusantara Festival (WNF) 2023.

Kegiatan yang bertempat di Dewan Utama, Kompleks Warisan Sultan Abu Bakar, Johor Bahru pada Minggu 4 Juni 2023 ini melibatkan pelajar dari Sekolah Indonesia Luar Negeri (SILN) Johor Bahru, SILN Kuala Lumpur, sekolah-sekolah Malaysia, Persatuan Pelajar Indonesia Universiti Teknologi Malaysia (PPI UTM), dan PPI Universitas Terbuka Johor.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

WNF 2023 menyajikan persandingan budaya Indonesia dan Malaysia yang mencakup kuliner, aksara tradisional, permainan tradisional, lagu, lukisan, hingga kolaborasi tarian. Dengan metode silang budaya, kedua negara bergerak segendang sepenarian dalam melestarikan budaya luhur masing-masing.

Suatu perpaduan yang dapat menggugurkan stereotipe purba ihwal rivalitas budaya antarkedua negara pada masa silam. Bak cendawan pada musim hujan, kegiatan silang budaya semacam ini seolah menjadi tren diseminasi budaya antardua negeri sejiran. Bulan lalu, sependek pengetahuan saya, setidaknya terselenggara dua event akbar silang budaya.

Ekspedisi Mudik 2024

Dua acara itu adalah Gelar Melayu Serumpun VI Tahun 2023 di Medan (16-19/5/2023) dan Program Antara Budaya yang diselenggarakan oleh Jabatan Pendidikan Negeri (JPN) Johor di Bandung dan Jakarta (23-26/5/2023).

Ide penyerbukan silang antarbudaya telah menyeruak sejak satu dekade lalu (2013) dengan menjadi salah satu topik dalam Kongres Kebudayaan Indonesia (KKI) di Kota Jogja. Dalam kesempatan itu, Eddie Lembong (pendiri Yayasan Nabil) dan Sri Sultan Hamengku Buwono X menekankan urgensi penyerbukan silang antarbudaya.

Metafora silang budaya adalah perumpamaan yang kuat. Metafora ini menyematkan pemahaman bahwa kebudayaan layaknya himpunan tanaman tempat spesimen yang bersifat unggul selayaknya disebarluaskan dan yang kurang bermutu seyogianya tidak dibiakkan.

Spesimen baru yang lebih unggul akan terus menuai progresivitas apabila dikawinsilangkan dengan spesimen unggul lainnya–dari produk lokal yang sudah mengekal dalam kultur kehidupan suatu masyarakat.

Kebudayaan merupakan entitas yang dinamis. Dengan demikian, sikap terbaik dan upaya pelestarian terbaik dalam menyemaikan kebudayaan adalah dengan memegang prinsip objektif dan dinamis pula. Untuk dapat berlaku objektif, manusia harus memiliki kemampuan untuk ”berjarak” dengan kebudayaannya (Nirwan Ahmad, 2012).

Manusia yang taklid buta terhadap kebudayaan tertentu akan terkungkung dalam tempurung kebudayaan itu. Manusia tersebut akan menjadi bidak masa silam dan hanya mampu hidup di ruang tertentu saja.

Menciptakan ”jarak” yang kritis dan sehat dalam memandang budaya sendiri adalah fundamen bagi kita untuk menakar kekuatan dan kelemahan budaya secara objektif. Dalam kenyataannya, penjarakan ini dapat mewujud setelah adanya perjumpaan dengan budaya lain. Silang budaya adalah ikhtiar nyata untuk mewujudkan perjumpaan antarbudaya.

”Budaya lama” seyogianya direkonstruksi dan direjuvenasi agar selaras dengan lesat-pesat laju zaman. Korea Selatan dan China adalah contoh nyata keberhasilan rekonstruksi dan rejuvenasi budaya melalui silang budaya.

Selain produk otomotif dan elektronik yang kian berdaya saing, Korea Selatan juga menguasai dunia dengan kemegahan film, sinetron, kuliner, bahasa, dan K-Pop! Gelombang Korea (hallyu) membawa tsunami budaya yang begitu dahsyat.

Jangan mengira keberhasilan Korea Selatan hanya dibangun dalam waktu pendek. Korea Selatan membangun fondasi rekonstruksi budaya sejak tiga dekade yang lalu. Korea Selatan–dengan menanggalkan rasa segan—mengirim pelajar, mahasiswa, dan seniman secara besar-besaran untuk mempelajari tradisi Eropa dan Amerika Serikat (Suhartono, 2012).

Silang budaya Korea Selatan dan Barat ini yang kemudian menjadi cikal kelahiran hallyu. China sejak dua dekade silam dalam Kongres Rakyat Nasional (Maret 2012) meluncurkan kebijakan Promoting the Great Development and Flourishing of Culture. Melalui gerakan ini, China ingin menggelorakan rekonstruksi budaya secara besar-besaran.

Beberapa bulan kemudian Partai Komunis Tiongkok mengakui bahwa budaya merupakan elemen utama untuk menyatukan rakyat dan kekuatan kreatif bangsa Tionghoa. Ini merupakan faktor utama dalam daya saing bangsa yang komprehensif serta tulang punggung pembangunan ekonomi dan sosial negara.

Selain itu, budaya merupakan aspirasi ramah bagi rakyat untuk memperkaya kehidupan spiritual dan budaya mereka. Lawrence dan Huntington (2006) dalam riset yang komprehensif menarik benang merah bahwa kemajuan dan kemunduran suatu peradaban dipengaruhi oleh nilai-nilai dalam budayanya.

Dengan demikian, kegiatan silang budaya dapat menjadi paradigma mujarab untuk melestarikan keluhuran budaya. Indonesia dan Malaysia seyogianya bergegas meninggalkan episode lama (perseteruan karena klaim budaya) dan memulai episode baru: pelestarian dan harmonisasi kultur melalui silang budaya. Mari, melestarikan nilai-nilai agung kebudayaan Nusantara!

(Esai ini terbit di Harian Solopos edisi 9 Juni 2023. Penulis adalah pendidik di Indonesian Community Centre KJRI Johor Bahru dan Wonderful Nusantara Fest 2023 Committee)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya