SOLOPOS.COM - Ahli Patologi Forensik dari Australia, Beng Ong (kanan) menjadi saksi ahli dalam sidang lanjutan kasus pembunuhan Wayan Mirna Salihin dengan terdakwa Jessica Kumala Wongso di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, Jakarta, Senin (5/9/2016). Sidang tersebut menghadirkan dan mendengarkan keterangan saksi yakni Ahli Patologi Forensik dari Australia, Beng Ong. (JIBI/Soloos/Antara/Rivan Awal Lingga)

Sidang kopi bersianida kembali akan digelar . Kesaksian toksikolog kubu Jessica akan mempertaruhkan beberapa kesimpulan soal sianida.

Solopos.com, JAKARTA — Sidang kopi bersianida berikutnya akan menjadi penentu mana yang lebih kuat antara kesimpulan para ahli dari jaksa penuntut umum (JPU) atau dari kubu Jessica Kumala Wongso. Hampir dapat dipastikan ahli yang dihadirkan kubu Jessica akan memberikan pandangan lain soal sianida.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam sidang besok, Rabu (14/9/2016), kubu Jessica menghadirkan ahli toksikologi forensik Dr. Bernard Budiawan. Sebelumnya, dalam alumnus Universitas Augsburg itu pernah menyampaikan opininya tentang sianida di salah satu televisi swasta.

Ahli berpeluang menyampaikan analisisnya soal racun sianida yang semula juga dianialisis oleh Dr I Made Gel-Gel dan Kombes Pol. Dr Nur Samran Subandi. Lebih tepatnya, kesaksian besok bisa memperkuat atau melemahkan kesimpulan sianida yang ditemukan oleh Labfor berpeluang besar menyebabkan Wayan Mirna Salihin meninggal.

Sebelumnya, kesimpulan bahwa Mirna meninggal dunia karena sianida dua kali dimentahkan oleh dua ahli patologi yang dihadirkan pengacara Jessica. Kesaksian Dr. Beng Beng Ong dua pekan lalu menyebutkan Mirna belum tentu mati karena sianida.

“Sianida secara alami juga muncul dalam sayur dan asap rokok. Ketika seseorang terpancar sianida, mereka akan mengalami gejala, kesulitan bernapas, gejala sakit kepala, mual muntah, korban bisa kejang-kejang, dan akhirnya meninggal,” katanya dalam sidang di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin (5/9/2016).

Ong malah curiga pengikisan lapisan dalam lambung Mirna merupakan efek pemberian formalin dan bukan karena sianida. “Pengikisan ini tidak biasa, dengan asumsi jika telan sianida karena volume racun dan kopi sangat sedikit, yaitu 20 ml. Tapi erosinya sangat besar,” katanya.

Bak gayung bersambut, ahli patologi forensik dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM), Dr Djaja Surya Atmadja, mengatakan hal serupa. Alasannya sama, karena barang bukti (BB) IV, yaitu cairan isi lambung yang diambil 70 menit setelah kematian, tak ditemukan ion sianida. Sedangkan di sampel urine, hati, dan empedu, tidak ada tiosianat yang ditemukan. Baca juga: Sianida 0,2 Mg/L di Lambung Mirna Dipastikan Hanya Sisa.

Djaja bahkan mengambil kesimpulan yang lebih berani. “Matinya bukan karena sianida, Pak,” katanya dalam sidang, Rabu (7/9/2016) lalu. Baca juga: Inilah 5 Kejanggalan Kesaksian Ahli Jessica Soal Mirna.

Analisis kedua ahli tersebut menggunakan patokan yang sama, yaitu barang bukti (BB) yang dianalisis Labfor Polri. BB tersebut terdiri atas BB I berupa satu gelas sisa kopi Vietnam Mirna, BB II berupa satu botol berupa sisa kopi yang sama, BB III berupa satu botol berisi kopi pembanding, BB IV berupa satu pipet cairan lambung Mirna yang diambil 70 menit setelah kematian, BB V berupa toples berisi sampel lapisan lambung Mirna, BB VI berisi empedu dan hati, dan BB VII berisi urine.

Hasil uji labfor menunjukkan konsentrasi sianida di BB 1 7.400 mg/l, di sisa kopi di botol (BB II) mengandung konsentrasi sianida 7.900 mg/l, di BB IV negatif, sedangkan di BB VI dan BB VII negatif. Absennya sianida di cairan lambung inilah yang menjadi dasar kesimpulan kedua ahli itu. Baca juga: Ini Penjelasan Toksikolog Forensik Soal “Raibnya” Sianida di Cairan Lambung Mirna.

Saat dicecar jaksa soal adanya ion sianida yang tinggi di sisa kopi Mirna dan adanya ion Natrium yang tinggi di hati dan empedu, Djaja memintanya untuk menanyakan ke toksikolog laboratorium. Sebelumnya, konsentrasi natrium ini diduga berasal dari pecahan natrium sianida (NaCN) yang berubah menjadi gas hidrogen sianida (HCN).

Jadi, analisis Budiawan tentang keberadaan natrium tersebut akan menentukan seberapa kuat kesimpulan bahwa sianida dalam jumlah besar masuk ke lambung Mirna.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya