SOLOPOS.COM - Jessica Wongso di Mapolda Metro Jaya, Jakarta, Rabu (20/1/2016). Penyidik Direktorat Reserse Kriminal Umum memeriksa Jessica terkait kematian Wayan Mirna Salihin yang meninggal dunia karena sianida dalam es kopi Vietnam yang diminumnya di Olivier Cafe Grand Indonesia. (JIBI/Solopos/Antara/dok)

Sidang kopi bersianida kali ini menegaskan bahwa sianida yang ditemukan di lambung Mirna hanya sisa dari jumlah yang lebih besar.

Solopos.com, JAKARTA — Saksi ahli forensi dari RS Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta, dr Budi Sampurna, mengakui bahwa pembuktian penyebab kematian Wayan Mirna Salihin tidak maksimal karena tidak ada autopsi. Meski demikian, temuan konsentrasi sianida dalam lambung Mirna hampir dipastikan merupakan sisa dari jumlah yang lebih besar.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

Dalam pemeriksaan, ada berbagai rintangan yang membuat autopsi jenazah Mirna sulit dilakukan. Hal itu diungkapkan Budi dalam sidang lanjutan kopi bersianida di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Rabu (31/8/2016). Menurut Budi, selain penolakan keluarga Mirna, autopsi sulit dilakukan karena jenazah sudah meninggal sejak empat hari sebelumnya.

“Ada kesulitan pembahasan karena korban sudah diformalin atau diawetkan. Formalin mengganggu pemeriksaan toksikologi, yaitu mengakibatkan darah tidak mungkin kita peroleh. Urine juga sulit diperoleh,” kata Budi.

Pada orang yang keracunan sianida, kata Budi, maka bahan-bahan untuk pemeriksaan toksikologi harus diambil sesegera mungkin. “Sebelum 4 jam sesudah kematian. Kalau diambil, bahan [sampel] harus segera didinginkan agar sesegera mungkin dikirim ke laboratorium.”

Pemeriksaan harus segera sianida dalam suhu ruangan bisa menjadi gas dan mudah sekali hilang. Dalam kasus ini, pemeriksaan lebih sulit lagi karena ada formalin yang disuntikkan ke tubuh Mirna untuk pengawetan. Untungnya, sianida dalam lambung hampir tidak terkena efek formalin. Baca juga: Inilah Risiko Hukum 2 “Versi” Waktu Kematian Mirna.

“Mengapa [sianida] di lambung masih ada? Karena formalin masuk ke vena, disebarkan ke seluruh tubuh. Sehingga [sianida] yang rusak adalah yang dilalui darah. Sedangkan di lambung, yang kena [formalin] cuma dinding lambungnya, tapi isi lambung paling kena dikit, tapi tidak terkena semuanya. Mungkin karena itulah masih ditemukan sianida dalam isi lambung.”

Sisa racun di tubuh korban juga kemungkinan besar bukan karena penyebab yang wajar. Hal itu dikaitkan sifat gejala mirna hingga meninggal dunia dalam hitungan menit, lalu disesuaikan dengan kandungan sianida yang ditemukan dalam lambung sebesar 0,2 mg/liter. Baca juga: Tak Ada Bukti Langsung Meracun Mirna, Inilah Penentu Nasib Jessica.

“Kalau kita dihadapkan kasus, rangkaian diperhitungkan sepenuhnya dari tanda dan gejala. Dalam kasus ini, kematian begitu cepat, jarang kita temukan hal itu dalam kematian wajar. Itu sangat spesifik dari racun. Penyakit memang bisa, tapi dalam kasus ini beda,” jelas Budi. Baca juga: Ahli Sebut Autopsi Sebagai “Golden Standar”, Untungkan Kubu Jessica?

Melihat gejala Mirna mengalami sakit perut, kehilangan kesadaran, nafas cepat, koma dan meninggal, ini deretan yang sama dengan orang keracunan CN. Budi memastikan sianida dengan konsentrasi 0,2 mg/liter di lambung adalah sisa dari konsentrasi yang lebih besar.”Logikanya itu sisa, karena ada penguapan, menjadi gas, dan bereaksi dengan HCl.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya