SOLOPOS.COM - Kasi Terminal dan Perparkiran Dishub Sragen Suparno mengingatkan pedagang yang berjualan di area parkir motor di Pasar Gemolong, Sragen, Selasa (11/5/2021). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN -- Tim Dinas Perhubungan (Dishub) Sragen menginspeksi dua pasar tradisional yang menjadi langganan pasar tumpah menjelang Lebaran, Selasa (11/5/2021). Keduanya yakni Pasar Gabugan Kecamatan Tanon dan Pasar Gemolong Kecamatan Gemolong, Sragen.

Banyaknya parkir motor dan adanya pedagang oprokan yang berjualan di bahu jalan menjadi pemicu kemacetan lalu lintas. Kabid Keselamatan Lalu Lintas Joko Purnomo bersama Kasi Terminal dan Perparkiran Suparno dan sejumlah pegawai Dishub Sragen mengatur lalu lintas di Jalan Pungkruk-Gabungan.

Promosi Siap Mengakselerasi Talenta Muda, Pegadaian Lantik Pengurus BUMN Muda Pegadaian

Suparno langsung mengingatkan juru parkir agar pengaturan tidak menggunakan bahu jalan untuk parkir motor agar lalu lintas lancar. “Jalan ini merupakan jalan kelas III tetapi ada truk tronton yang nekat lewat. Truk itu dilarang lewat jalan Kelas III tetapi masih nekat. Adanya truk tronton itu memicu kerusakan jalan dan juga memicu kemacetan lalu lintas,” ujar Suparno.

Baca Juga: Permintaan Meningkat Jelang Lebaran, Harga Cabai Rawit Di Sragen Naik Rp10.000/Kg Sehari

Seorang juru parkir di lokasi pasar tumpah depan Pasar Gabugan, Tanon, Sragen, Syaiful, 32, mengatakan sepanjang jalan depan Pasar Gabugan ada lebih dari 10 tukang parkir. Puncak kemacetan terjadi pada pukul 06.00 WIB-07.00 WIB, Selasa.

Semakin siang, ujarnya, lalu lintas semakin lancar karena berkurangnya pedagang di pinggir jalan. “Pagi tadi, pedagang dan kendaraan parkir di selatan jalan banyak karena pas hari pasaran. Kalau sudah siang sudah bersih tinggal pengunjung pasar. Baru hari ini [Selasa], pengunjung pasar naik. Mereka berbelanja kebutuhan pokok untuk persiapan Lebaran,” katanya.

Ruas Jalan Sempit

Kondisi serupa terjadi di Pasar Gemolong, Sragen. Di pasar itu, petugas Dishub juga mengingatkan jukir supaya mengatur motor tidak menggunakan bahu jalan karena membuat ruas jalan semakin sempit. Suparno mengingatkan dua orang pedagang yang jualan di trotoar dan bahu jalan.

Baca Juga: Kisah ABG Klaten Terobos Penyekatan: Niat Beli Makan Ke Jogja, Pulang Jadi Tersangka

“Mulai besok jangan berjualan di trotoar dan bahu jalan. Orang mau beli pasti di bahu jalan sehingga membuat kemacetan. Ini peringatan ya, Bu!” ujar Suparno di pasar tumpah Gemolong, Sragen.

Pedagang Pasar Gemolong, Warni, 50, hanya bisa menganggukkan kepala saat diperingatkan Suparno. Warni yang tinggal di wilayah Kelurahan Kragilan, Gemolong, itu sudah dua tahun jualan oprokan di pinggir jalan.

Baca Juga: Sepekan Muncul 10 Klaster Keluarga Di Sukoharjo, Ini Sebarannya

“Kalau tidak boleh jualan di sini, ya besok enggak tahu mau jualan di mana. Saya buka jualan itu mulai pukul 03.30 WIB sampai pukul 12.00 WIB. Selama itu, biasanya hanya dapat uang Rp100.00-Rp150.000/hari,” ujar Warni.

Tukang parkir, Hariyanto, 33, mengaku sudah mengatur parkir sedemikian rupa sampai dua baris sehingga sebagian motor menempati bahu jalan. “Kalau tidak ramai juga tidak begini. Pengunjung pasar ini naik sampai 50% daripada hari biasa. Untungnya ada larangan mudik selama dua tahun ini. Saat mudik dibolehkan, jalan selatan Pasar Gemolong ini sudah sering macet,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya