SOLOPOS.COM - Rumah Sastro Suroto yang pernah menjadi Kantor Dinas Bupati Sragen pada 1948 di Dukuh Kedungpring RT 024, Desa Karangpelem, Kedawung, Sragen, Kamis (26/12/2019). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN -- Rumah bermodel limasan lawas seperti joglo di Dukuh Ledok RT 024, Desa Karangpelem, Kecamatan Kedawung, Sragen, kini dihuni Sastro Suroto, 70.

Rumah di dukuh yang lebih dikenal penduduk setempat dengan sebutan Dukuh Kedungpring itu merupakan peninggalan Pawira Sentana, ayah Sastro Suroto.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Rumah tua itu termasuk bangunan cagar budaya. Sekitar 71 tahun silam, rumah itu pernah menjadi kantor Bupati Sragen.

Tepatnya pada 1948 saat agresi militer Belanda II, Dukuh Kedungpring menjadi pusat pemerintah Kabupaten Sragen dengan nama Pemerintahan Militer Kabupaten Sragen. Saat itu bupatinya bernama K.R.M.T. Mangunagara.

Ekspedisi Mudik 2024

Pada kala itu supaya pemerintahan tidak tercium Belanda, Bupati K.R.M.T. Mangunagara menggunakan siasat Keraton Ing Alaga atau keraton di daerah perang yang pernah digunakan Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwana I) dan Raden Mas Said (Adipati Mangkunagoro I).

Siasat itu dilakukan Mangunagara dengan cara berpindah-pindah tempat. Berdasarkan Sejarah Hari Jadi Pemerintahan di Kabupaten Sragem yang tertuang dalam Peraturan Daerah (Perda) No. 4/1987, ada enam dukuh yang menjadi pusat pemerintahan Sragen dan Kedungpring adalah salah satunya.

Wah, Muda-Mudi Prewed di Gerbang Tol Sragen

Kelima dukuh lainnya yakni Celep di Kecamatan Kedawung, Dukuh Bekasar, Dukuh Dukuh, dan Dukuh Sukorejo di Kecamatan Sambirejo, serta Dukuh Redjowinangun di Kecamatan Masaran.

Rumah di Kedungpring itu menjadi salah satu objek tujuan napak tilas sejarah yang dilakukan Pemerintah Desa Karangpelem bersama para sesepuh desa dan Komunitas Tilik Ibu Pertiwi Sukowati (TIPS), Kamis (26/12/2019).

Sebelum tiba di rumah itu, rombongan yang dipimpin Kepala Desa (Kades) Karangpelem Suwanto mengunjungi Sumber Ngepok di Dukuh Parit RT 016. Sumber Ngepok itu dikembangkan Pemdes Karangpelem menjadi pusat wisata air kolam renang dan diresmikan Bupati awal Desember lalu.

Dari Sumber Ngepok, rombongan bergerak menuju ke situs Mbah Seda yang diyakini sebagai cikal bakal Desa Karangpelem. Situs yang terdiri atas lima makam dengan ukuran panjang sampai lima meter itu terletak di Dukuh Tunggon.

Serangan Hama Tikus, Petani Sragen Anggarkan Rp30 Juta untuk Beli Burung Hantu

Dari situs itu kemudian rombongan menuju ke rumah yang pernah menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Sragen.

“Rumah ini dulu menjadi pusat pemerintahan Kabupaten Sragen. Ada pasukan Pager Praja dan tentara bertempat di rumah Mbah Suro Irono di sebelah selatan rumah ini. Kantornya Sekretaris Daerah (Sekda) dulu menempati rumah Mbah Kerto yang juga dekat," ujar Suwanto.

Suwanto menambahkan dulu sempat beredar cerita Bupati memendam emas satu kantong kresek di dalam tanah supaya tidak ketahuan Belanda. Tapi sampai sekarang emasnya juga tidak ditemukan.

Salah satu anak Pawira Sentana, Harto Subar, 75, mengisahkan saat rumah ayahnya digunakan untuk pusat pemerintahan ia berumur sembilan tahun. Saat itu, kata dia, orang tuanya tinggal di kebun belakang.

"Rumah ini dipilih sebagai pusat pemerintahan karena bapak saya itu menjadi sesepuh desa. Pusat pemerintahan itu hanya berjalan selama sembilan bulan di sini kemudian pindah," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya