SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SUKOHARJO -– Puluhan mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Solo mengecam pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) yang dianggap gagal selama sewindu memimpin Indonesia. Hal itu dilakukan dengan mengadakan unjuk rasa di pertigaan kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Sabtu (20/10/2012).

Unjuk rasa yang diikuti perwakilan Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) universitas se-Solo serta organisasi pergerakan mahasiswa itu diawali dengan melakukan long march dari kampus UMS menuju Jl Ahmad Yani dengan menggotong keranda mayat sebagai simbol kegagalan pemerintahan SBY. “Itu sebagai simbol pemimpin bangsa yang tidak kunjung sadar diri atas permasalah Indonesia, bagaikan pemerintahan yang mati,” jelas koordinator aksi, Dian Iswanto saat ditemui Solopos.com, Sabtu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Di atas kain penutup keranda mayat itu tampak berbagai macam tulisan yang menjadi ekspresi kekecewaan mahasiswa pada SBY, antara lain tertulis Usut tuntas kasus century!, Negara gagal=Kegagalan SBY, SBY Antek Neolib serta sebuah poster yang diletakan di samping foto SBY bertuliskan Turut Berduka Cita: Selamat Jalan SBY cukup sudah dosa dan derita yang kau ciptakan untuk bangsa ini.

Sedikitnya ada delapan daftar kegagalan SBY yang dicatat aktivis mahasiswa, antara lain SBY dianggap gagal dalam melindungi sumber daya ekonomi rakyat dan negara, gagal dalam menyediakan pelayanan pendidikan dan kesehatan dan mewujudkan kedaulatan pangan, gagal meningkatkan perekonomian masyarakat, gagal memberantas korupsi dan mereformasi birokrasi, serta gagal dalam melindungi dan menuntaskan kasus pelanggaran hak asasi manusia (HAM).

Dalam aksi itu, AMS mendesak SBY untuk turun dari tampuk kekuasaan atau harus memenuhi empat tuntutan yang diajukan, antara lain, mengganti sistem ekonomi neoliberal ke ekonomi kerakyatan, mencabut regulasi yang merugikan rakyat Indonesia, membenahi sistem pendidikan Indonesia dan menegakkan agenda trisakti yaitu berdaulat dalam hal ekonomi, budaya dan politik.

Unjuk rasa yang berlangsung lebih dari dua jam itu dilakukan dengan menyanyikan lagu-lagu perjuangan, diiringi orasi dan pernyataan sikap oleh beberapa perwakilan peserta aksi, dan terakhir diwarnai aksi pembakaran poster dan keranda mayat sebagai ekspresi kemarahan masyarakat.

“Aksi ini tidak akan berhenti, kami akan terus bergerak untuk membuktikan kalau Solo tidak diam dalam mengawal berbagai kasus yang terjadi di pemerintahan SBY. Setelah ini pada momentum sumpah pemuda kami akan kembali menyatakan sikap,” tegas Dian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya