SOLOPOS.COM - Warga mengusung gunungan yang berisi sayuran melintas di depan Keraton Kasunan Surakarta, Minggu (25/11/2012). Gunungan tersebut diarak dalam rangka peringatan Sewelas Suro sebagai simbol doa minta piwelas dari Sang Pencipta. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Warga mengusung gunungan yang berisi sayuran melintas di depan Keraton Kasunan Surakarta, Minggu (25/11/2012). Gunungan tersebut diarak dalam rangka peringatan Sewelas Suro sebagai simbol doa minta piwelas dari Sang Pencipta. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Dengan langkah kecilnya, Novitasari, 10, mengikuti rangkaian acara Ritual Sewelasan Sura, Minggu (25/11/2012). Mengenakan busana Jawa model basahan, Novi, sapaan akrabnya, tampak khidmat mengikuti acara. Walau harus berjalan cukup jauh, Novi tak mengeluh. Bersama teman-temannya dari perkumpulan tari Omah Budaya Indonesia (OBI), Novi berada di barisan belakang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Acara tersebut mengambil start dari Alun-Alun Selatan melewati kompleks Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dan berakhir di Gladak. Ritual dimulai dengan memberi makan kerbau keturunan Kiai Slamet kemudian dilanjutkan kirab. Bersama dengan peserta yang lain Novi terlihat senang bisa memberi makan kerbau keturunan Kiai Slamet. Ritual tersebut juga mengarak satu gunungan yang terbuat dari buah dan sayur setinggi dua meter. Menurut Koordinator Ritual Sewelasan Sura, Bambang Saptono Diningrat, gunungan yang terbuat dari buah dan sayuran tersebut sebagai lambang kemakmuran.

Peserta ritual mengklaim mereka berasal dari masyarakat peduli budaya. Bambang mengungkapkan Sura merupakan bulan yang baik untuk melakukan ritual atau berdoa. Terkait pemilihan tanggal, Bambang mengungkapkan sewelas memiliki makna kawelasan sehingga harapannya doa yang dipanjatkan dapat dikabulkan Yang Maha Kuasa. “Ritual ini baru pertama kali diadakan dan kami berencana menindaklanjuti dengan menjadikannya agenda tahunan,” ungkap Bambang.

Setibanya di Gladak, masyarakat yang saat itu sedang berkunjung ke arena car free day (CFD) mengerubungi peserta ritual. Mereka terlihat bersiap-siap memperebutkan buah dan sayur yang menjadi penghias gunungan. Baru saja diturunkan dan belum sempat didoakan, gunungan langsung diserbu masyarakat. Dalam waktu yang bersamaan, Bambang melakukan udik-udik atau menyebar uang logam nominal Rp1.000 sehingga membuat konsentrasi masyarakat pecah. Ada yang memperebutkan uang, ada yang mengambil penghias gunungan. Tidak sampai lima menit, penghias gunungan sudah ludes, hanya menyisakan kerangka.

Penghias gunungan salah satunya adalah buah naga yang notabene mudah remuk dan banyak mengandung air. Tak ayal baju masyarakat yang memperebutkan gunungan terkena noda merah dari air buah naga. Sementara itu, Wartati, 31, warga Indramayu, terlihat menggendong banyak sayuran dan buah seperti terong, kacang panjang dan salak. “Saya senang sekali ada gunungan seperti ini. Sayurannya ini nanti akan saya masak jadi sayur lodeh,” ungkapnya sambil tersenyum.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya