SOLOPOS.COM - Ilustrasi melawan Covid-19. (freepik)

Solopos.com, SOLO--Penambahan kasus terkonfirmasi Covid-19 melahirkan klaster-klaster baru mulai dari keluarga, hajatan, tempat wisata dan lainnya. Untuk mengungkap klaster itu diperlukan contact tracing atau penelusuran kontak yang rigid guna mencegah penularan meluas.

Anggota Tim Pakar Satgas Penanganan Covid-19, Dewi Nur Aisyah, mengatakan penelusuran kontak dilakukan oleh tenaga surveilans di lapangan saat menemukan ada satu kasus terkonfirmasi positif Covid-19. Petugas lalu mendatangi pasien itu dan menggali sejumlah informasi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Petugas akan menanyai pasien Covid-19 sejumlah pertanyaan mengenai riwayat perjalanan, keberadaan penyakit penyerta atau komorbid, hingga siapa saja yang pernah ditemuinya. Saat di rumah, misalnya, ia bertemu anak dan istri. Lalu, di kantor bertemu teman A, B, dan C.

Orang-orang yang penah bertemu ini kemudian diidentifikasi siapa saja yang menjadi kontak erat pasien tersebut. “Nanti yang disebut ini akan disamperin juga oleh petugas lapangan. Akan didatangi, ditanyai bagaimana kondisinya, lalu pemeriksaan. Biasanya dengan swab,” kata Dewi, dalam Talkshow bertajuk Ragam Klaster di Indonesia yang disiarkan secara streaming melalui akun Youtube BNPB Indonesia, Rabu (30/9/2020). Acara itu dipandu oleh anggota Tim Komunikasi Publik Satgas Penanganan Covid-19, dr. Lula Kamal.

Ekspedisi Mudik 2024

Dewi menjelaskan selama menunggu hasil tes keluar, seseorang harus tetap menjalani karantina mandiri. Jika hasil tes menunjukkan positif Covid-19, petugas akan menanyainya perihal riwayat perjalanan, orang-orang yang ditemui, dan lainnya.

Karantina mandiri tetap harus dilakukan meski tanpa gejala. Dalam satu penelusuran kontak kasus Covid-19, akan ada 20-30 orang yang pernah berinteraksi dengan pasien. “Biasanya akan dirunut 7-14 hari ke belakang,” ujar Dewi.

Dulu Tempat Rekreasi Raja, Kondisi Taman Segaran Sriwedari Solo Kini Sungguh Menyedihkan

Jujur dan Jangan Takut

Dewi berpesan kepada masyarakat agar jangan takut terhadap penelusuran kontak. Ia juga meminta masyarakat memberikan informasi yang jujur kepada petugas. Sebab, jika berbohong, dikhawatikan penularan akan berlanjut ke orang lain di sekitarnya. “Kejujuran in idibutuhkan untuk memahami penelusuran kontak yang sebenarnya,” tutur dia.

Dalam penelusuran kontak ini, lanjut Dewi, tak semua kontak erat berstatus positif. Sebagai contoh misalnya, seorang ayah positif Covid-19. Dari hasil penelurusan kontak, ditemukan ibu juga positif Covid-19. Namun, anaknya berstatus negatif Covid-19.

Menurut Dewi, hal ini bisa terjadi lantaran bergantung pada durasi saat berinteraksi dengan pasien Covid-19 dan pelaksanaan protokol kesehatan yang dilakukan. “Bisa jadi karena durasinya orang ini bersama orang yang positif berapa lama, seberapa sering, apakah menjaga jarak, kebersihan diri, dan PHBS-nya,” terang Dewi.

4 Kelurahan Kota Solo Ini Masih Bersih Dari Paparan Covid-19 Loh, Mana Saja?

Ragam Klaster Covid-19

Dewi mencontohkan ada salah satu karyawan hotel terkonfirmasi positif Covid-19. Berdasarkan penelusuran kontak, sebanyak 52 karyawan hotel menjalani tes swab polymerase chain reaction (PCR). Hasilnya, seluruh karyawan dinyatakan negatif.

Setelah ditelusuri lebih jauh, ternyata ada dua anggota keluarga di rumahnya berstatus positif Covid-19. “Hal ini masuk ke dalam kategori klaster keluarga,” papar dia.

Lalu, mengapa dari hasil pemeriksaan kadang ditemui banyak orang positif Covid-19 dan ada pula yang sedikit kasusnya? Menurut Dewi, hal ini mengikuti seberapa disiplin seseorang menjalani protokol kesehatan. Sebab, menjalani protokol kesehatan menjadi kunci untuk mengurangi risiko tertular Covid-19.

“Dari hasil survei yang ada di Wisma Atlet, 7 persen pasien di sana tidak pernah keluar rumah. Berarti orang yang terular itu dapat dari orang luar yang berkunjung ke rumah,” ujar dia.

Tak hanya itu, klaster Covid-19 juga berpotensi terjadi di perkantoran hingga tempat wisata. Dalam kasus lain Dewi menemukan ada karyawan kantor menunjukkan gejala Covid-19. Dari hasil tes swab mengonfirmasi karyawan itu positif Covid-19.

Kemudian, petugas melakukan penelurusan kontak hasilnya delapan karyawan berstatus positif Covid-19. Lalu, digali lebih jauh lagi ternyata ada empat karyawan piknik bareng ke Kota M pada 31 Juli 2020.

“Mereka liburan ke tempat wisata C, makan bakso bakar, pergi ke alun-alun yang ramai pengunjung. Dan rombongan itu kadang sesekali enggak pakai masker. Nah di sini ada potensi mungkin tertular di tempat wisata terbawa ke kantor,” terang Dewi.

Solo Tambah 13 Kasus Covid-19, Klaster Keluarga Merambah Ke Tetangga, Waspadalah!

Disiplin Terapkan Protokol Kesehatan

Selain itu, ada pula klaster rapat, klaster fasilitas kesehatan, dan klaster pasar dengan kasus yang kompleks. Salah satu contoh terjadi di Jombang dengan jumlah kasus 16 orang dari klaster pasar. Salah seorang suami yang juga pedagang terkonfirmasi positif Covid-19. Saat pulang ke rumah, ia bertemu istrinya. Di rumah, ia juga menghadiri pengajian dengan banyak orang.

“Tidak ada jaga jarak di antara mereka dan mungkin tidak mengenakan masker setiap saat. Ini jadi potensi penularan,” urai dia.

Dewi berpesan kepada masyarakat agar disiplin melaksanakan protokol kesehatan dengan benar. Seseorang yang mengenakan masker kain tiga lapis menurunkan risiko penularan hingga 45 persen. Sedangkan, menggunakan masker bedah membuat risiko turun hingga 70 persen.

“Jangan lupa cuci tangan juga. Waktu pakai masker plus jaga jarak bisa menambah hingga 90 persen. 3M itu menyelesaikan persebaran virus tapi harus dikerjakan bersama-sama tidak bisa sendiri-sendiri,” pesan Dewi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya