SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO -- Ramadan merupakan bulan penuh berkah. Kitab suci Al-Qur’an diturunkan saat malam ke-17. Pada pengujung bulan, Allah memberikan malam lailatul qadr yang disebut lebih istimewa dari seribu bulan. Tak heran, umat Islam selalu semangat dan rajin menjalankan ibadah tiap Ramadan. Masjid ramai dengan aktivitas salat, kajian, dan tadarusan. Begitu juga di luar tempat ibadah, banyak orang menebar kebaikan pada sesama.

Namun, riuh umat muslim beribadah Ramadan telah usai dengan terbenamnya matahari pada Rabu (12/5/2021) sore. Puasa wajib tersebut disempurnakan dengan zakat fitrah, ditutup Salat Idulfitri, dan silaturahmi saat Lebaran.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kendati demikian, bukan berarti semangat ibadah yang sudah dikerjakan sebulan penuh ikut berhenti. Ramadan diibaratkan madrasah berisi penggemblengan untuk menghadapi 11 waktu berikutnya. Disebut berhasil jika konsisten, dan mempraktikkan esensi ibadah personal dalam kehidupan sehari-hari.

“Ramadan adalah bulan penggemblengan. Amalan-amalan selama Ramadan harusnya dibawa ke luar Ramadan yakni puasa, salat, dan lainnya. Dan yang paling penting adalah perasaan selalu diawasi Allah. Sehingga kita semua akan lebih berhati-hati dalam melangkah,” terang pendakwah yang juga mengajar di SD Muhammadiyah 24 Gajahan, Sri Mulyana, saat diwawancara Solopos.com, belum lama ini.

Merasa di bawah pengawasan Allah, kata Mulyana, adalah kesadaran yang harus terus di bangun dalam diri. Dengan begitu kita semua sebagai hamba-Nya bakal berhati-hati dalam melangkah. Spirit menahan diri, dan menahan hawa nafsu yang menjadi esensi puasa juga harus dipraktikkan dalam kehidupan sehari-hari.

Seseorang yang istikamah dalam keimanan dan amal saleh, tambah Mulyana, akan selalu merasa bahagia. Dia tidak memiliki rasa takut dan bersedih pada apa pun yang berhubungan dengan duniawi. Seluruh hidupnya dipasrahkan hanya untuk Allah SWT.

Menurut Mulyana belajar konsisten ibadah Ramadan bisa dimulai dari menjalankan puasa Syawal. Sebagaimana dikatakan Rasulullah SAW bahwa barang siapa berpuasa selama bulan Ramadan dan kemudian mengikutinya dengan enam hari Syawal akan mendapatkan pahala seolah-olah berpuasa sepanjang tahun.

Mulyana menambahkan istikamah dalam beribadah juga menjadi salah satu tanda diterimanya amal seseorang. “Orang yang berbuat kebaikan bakal mendapat pahala kebaikan oleh Allah dengan dimudahkan mengerjakan kebaikan berikutnya. Sebaliknya dengan kejahatan, jika Allah telah murka maka akan dimudahkan pada kejahatan berikutnya,” terang Mulyana.

Puasa merupakan ibadah yang pahalanya diberikan langsung oleh Allah SWT. Sehari puasa bisa menjauhkannya dari neraka sejauh 70 tahun perjalanan. Maka dari itu ulama zaman dulu selalu menggunakan waktunya enam bulan setelah Ramadan untuk berdoa kepada Allah agar amal puasanya diterima. Sementara enam bulan berikutnya digunakan untuk berdoa agar dipertemukan dengan Ramadan selanjutnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya