SOLOPOS.COM - Pasangan tunagrahita, Misdi dan Boini, warga Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Ponorogo mengikuti prosesi pernikahan secara resmi, Senin (4/11/2019). (Istimewa/Kades Karangpatihan)

Solopos.com, PONOROGO -- Satu pasangan tunagrahita di Kampung Tunagrahita atau yang dahulu dikenal sebagai Kampung Idiot di Desa Karangpatihan, Kecamatan Balong, Kabupaten Ponorogo, kembali dinikahkan. Namun kali ini secara resmi, sesuai ketentuan negara.

Pasangan tunagrahita itu adalah Misdi, 45 dan Boini, 52. Mereka dinikahkan pada Senin (4/11/2019). Acara pernikahan itu berlangsung haru di Rumah Harapan di desa Karangpatihan. Berbagai kudapan seadanya disajikan sebagai bentuk syukur atas pernikahan resmi tersebut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Misdi dan Boini sebenarnya sudah menjalin asmara dalam pernikahan yang mereka bangun sejak tujuh tahun lalu. Saat itu, pasangan tunagrahita ini menikah secara siri. Langkah ini dilakukan karena sebelumnya mereka tidak memiliki identitas kependudukan.

Kepala Desa Karangpatihan, Eko Mulyadi, mengatakan Misdi dan Boini ini merupakan pasangan kesebelas yang dinikahkan secara resmi. Misdi dan Boini merupakan pasangan tunagrahita terakhir yang belum menikah secara resmi.

"Pasangan Misdi dan Boini ini dinikahkan di Rumah Harapan. Acaranya cukup mengharukan. Ada beberapa orang yang datang," kata Eko saat dihubungi Madiunpos.com, Senin.

Eko menyampaikan pasangan ini telah memiliki dua anak yang lahir normal. Bahkan satu anaknya sudah masuk di sekolah dasar.

Para warga tunagrahita ini dinikahkan karena memiliki ketertarikan dengan pasangannya yang juga tunagrahita. Pemerintah desa setempat telah menikahkan pasangan tunagrahita ini sejak 2010 lalu.

Eko menuturkan warga tunagrahita di desanya kini tinggal 98 orang, baik yang masuk dalam kategori ringan, sedang, hingga berat. Angka ini jauh berkurang dibandingkan saat tahun 1980-an yang mencapai ratusan orang.

Pihak desa saat ini memfasilitasi para warga tunagrahita dengan beragam program pemberdayaan. Hal ini supaya mereka bisa memenuhi kebutuhan ekonomi secara mandiri.

"Kalau dulu mereka ini sulit untuk memenuhi kebutuhan hariannya. Saat ini mereka kita berdayakan ekonominya untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup," kata dia.

Sehingga saat ini kebutuhan makan dan gizi bisa dicukupi dan angka anak tunagrahita di desa ini sudah tidak ada. Salah satunya karena kebutuhan gizi mereka telah terpenuhi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya