Solopos.com, SOLO -- Sebanyak 483 warga Kota Solo meninggal dunia dengan status terkonfirmasi positif Covid-19 selama masa pandemi yang berlangsung setahun terakhir.
Jumlah itu berdasarkan catatan terakhir Satuan Petugas Penanganan Covid-19 Solo hingga Minggu (21/3/2021). Angka kematian itu mencapai 4,9% dari total kasus positif Covid-19 sebanyak 9.836 orang.
Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian
Perinciannya jumlah kasus itu meliputi 9.087 orang pulang/sembuh, 213 orang masih isolasi mandiri, 53 menjalani perawatan. Dengan catatan kasus tersebut, jumlah kasus aktif hanya 2,7%.
Baca Juga: Ada Pertandingan Piala Menpora 2021, Dagangan PKL Manahan Solo Tetap Sepi Pembeli
Dari jumlah itu, pasien yang menjalani rawat inap sebanyak 19,9%. Sedangkan case fatality rate (CFR) dengan jumlah warga Kota Solo yang meninggal positif Covid-19 sebanyak 483 orang mencapai 4,9%.
CFR atau angka kematian tersebut lebih tinggi daripada nasional yang hanya 3%. Ketua Pelaksana Satgas Penanganan Covid-19 Solo, Ahyani, menyebut temuan kasus semakin melandai dalam dua bulan terakhir.
Kendati begitu, kumulatifnya terus beranjak mendekati angka 10.000 kasus. “Kasus kematian memang relatif tinggi kalau dibandingkan CFR nasional. Mayoritas yang meninggal warga lanjut usia,” katanya saat dihubungi Solopos.com, Minggu (21/3/2021).
Baca Juga: PSP Hingga Tembok Berlin, Ini 6 Tempat Judi Legendaris Soloraya Di Masa Lalu
Treatment
Satgas berupaya menekan jumlah warga Kota Solo yang meninggal positif Covid-19 lewat treatment. Mereka yang tidak bergejala tetap harus isolasi mandiri di Asrama Haji Donohudan, Boyolali.
Mereka rentan menularkan virus ke orang tua yang usianya sudah lanjut kalau isolasi mandiri di rumah. Ahyani menyebut kasus mulai melandai lantaran penambahan juga tak semassif akhir tahun lalu.
Sehingga sumbangan kasus positif dari tracing kontak erat maupun dekat juga tak signifikan. Kendati begitu, ia memastikan Satgas tak mengendurkan upaya menekan kasus dengan tracing.
Baca Juga: 11,2 Juta Meter Kubik Air PDAM Solo Hilang Selama 2020, Ke Mana?
“Pemerintah Kota Solo selama ini terus menjalankan 3T yakni tracing, testing, treatment. Dua T pertama kerap membikin lonjakan kasus yang luar biasa,” jelasnya.
Sedangkan T terakhir atau treatment, kata Ahyani, yakni berupaya menekan angka kematian atau jumlah warga Kota Solo yang meninggal positif Covid-19. "Kami masih terus lakukan," ujarnya.
Ia meyakini penurunan jumlah kasus merupakan dampak dari capaian vaksinasi yang tinggi. Solo menjadi salah satu kota tercepat yang berhasil mendorong angka vaksinasi tinggi.
Baca Juga: Perjudian di Kota Solo: Dulu Membudaya, Kini Jadi Penyakit Masyarakat
Prioritas Vaksinasi
Sasaran vaksinasi tahap kedua yang memprioritaskan warga lansia juga menjadi upaya menekan angka kematian dari kategori itu. Apabila angka kematian berhasil ditekan, angka CFR dari virus itu bakal didorong turun.
“Vaksinasi masih terus kami kejar, prioritas kan terus berubah. Tahap kedua sekarang lansia kemudian pelayan publik. Harapannya terus dikebut agar kasus bisa terus landai dan masyarakat bisa normal lagi,” tandasnya.
Baca Juga: Ikut Turnamen Mobile Legends Tingkat Nasional, Tim Asal Madiun Juara 3
Kepala Dinas Kesehatan Kota (DKK) Solo, Siti Wahyuningsih, mengatakan ada 51.000-an atau 70 persen dari total 74.000-an warga lanjut usia (lansia) yang menjadi sasaran prioritas vaksinasi Covid-19 pada tahap kedua.
“Pemerintah pusat mengubah kebijakan dengan menjadikan lansia sebagai prioritas setelah tenaga kesehatan (nakes), yang disusul pedagang pasar,” katanya.