SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO — Momentum perdamaian antara suporter Persis Solo dengan PSIM Jogja kembali terbuka seiring kedua klub yang bakal satu grup di ajang Liga 2 2019. Namun rekonsiliasi permanen dianggap tak serta merta bisa diwujudkan mengingat sejarah panjang rivalitas klub trah Mataram tersebut. Perlu upaya bertahap dari klub maupun suporter untuk menciptakan iklim persaingan tanpa embel-embel kekerasan.

Peluang rekonsiliasi sejatinya mulai terbuka saat Brajamusti, kelompok suporter PSIM, memberikan ucapan selamat ulang tahun ke-19 pada Pasoepati, 9 Februari 2019 lalu. Hanya dua hari berselang giliran Pasoepati menunjukkan empatinya saat sesepuh suporter PSIM, Guntur Artamadji Sugiharto, meninggal dunia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Wakil Presiden Pasoepati, Surya Panca, saat itu mengatakan Pasoepati selalu terbuka dengan ide rekonsiliasi suporter, termasuk dengan Brajamusti. Sebelumnya Presiden Brajamusti, M. Burhanudin, juga menunjukkan sikap serupa dengan membuka ruang dialog dengan suporter Solo.

Namun hubungan suporter kedua klub kembali menghangat saat Brajamusti dan The Maident menolak rencana homebase sementara Persis di Stadion Maguwoharjo, Sleman. Sesepuh Pasoepati, Mayor Haristanto, mengatakan kepastian Persis satu grup dengan PSIM sebenarnya adalah momentum tepat untuk merukunkan suporter Solo dan Jogja.

Namun Mayor menilai rekonsiliasi tersebut belum dapat segera terwujud. “Rasanya tensinya masih tinggi, terutama di suporter akar rumput. Perlu upaya bertahap dan konsisten dari kedua belah pihak,” ujar Mayor saat dihubungi Solopos.com, Selasa (28/5/2019).

Mayor mengatakan upaya perdamaian bisa dilakukan dengan memberi kuota bagi suporter lawan saat pertandingan. Namun kuota tersebut disarankan tak terlalu banyak untuk mengantisipasi gesekan antarsuporter.

“Suporter lawan bisa diwakili utusan yang berjumlah sangat terbatas. Misal 50 orang pengurus untuk saling tandang. Sebelum pertandingan juga bisa saling tukar syal atau jersey untuk mendekatkan kedua suporter secara psikologis. Selain itu, suporter perlu mendorong adanya duta perdamaian yang bisa menjembatani rekonsiliasi,” tutur Mayor.

Kelompok suporter Persis yang tergabung dalam Surakartans mengaku tak mempermasalahkan Persis satu grup dengan PSIM. Perwakilan Surakartans, Adith, bahkan mengklaim anggota kelompoknya gembira bisa kembali bersua dengan Brajamusti dan suporter PSIM lain. “Keputusan sudah dibuat, suporter harus support di laga kandang maupun kandang. Derby Mataram bisa menjadi klimaks untuk mengukur sejauh mana kesiapan Persis promosi ke Liga 1.”

Sementara itu, Manajer Persis, Setiawan Muhammad, bakal mengupayakan laga Persis melawan PSIM dapat menjadi wadah rekonsiliasi suporter. Pihaknya sepakat tentang adanya perwakilan suporter lawan di setiap laga Derby Mataram. “Konsep itu memang akan kami dalami bersama manajemen PSIM. Kami sendiri mendorong suporter juga proaktif,” ujarnya. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya