SOLOPOS.COM - Aksi damai Jogja Lawan Klithih di kawasan Titik Nol Kilometer, Jogja, Senin (3/1/2022). (Istimewa)

Solopos.com, JOGJA — Nurzani Setiawan, sesepuh geng legendaris di Kota Jogja, Joxzin, menilai aksi kenakalan remaja yang saat ini terjadi lebih parah dibandingkan dengan eranya dahulu. Hal ini karena para anggota geng saling berduel dilengkapi dengan senjata tajam yang membahayakan nyawa.

Sesepuh Joxzin itu menanggapi fenomen klitih yang marak terjadi di Jogja. Terlebih, beberapa hari lalu seorang remaja asal Kebumen, Jawa Tengah, tewas setelah dihantam menggunakan gir.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Masa lalu dengan sekarang berbeda, dulu zaman saya masih dapat pelajaran budi pekerti, sekarang tidak ada. Dulu peredaran narkoba mungkin masih minim, sekarang sudah luar biasa. Kalau dulu paling miras,” kata salah satu sesepuh Joxzin, Nurzani Setiawan kepada Harianjogja.com (Solopos Media Group), Rabu (6/4/2022).

Baca Juga: Gubernur Jabar Ridwan Kamil Beri Saran untuk Atasi Klitih di Jogja

Ekspedisi Mudik 2024

Menurutnya, kenakalan remaja saat ini lebih parah dibandingkan kenakalan remaja pada zamannya dahulu. Dulu, geng di Jogja bertengkar dengan tangan kosong kemudian persoalan selesai. Tetapi, sekarang antar kelompok pemuda atau remaja berduel dengan senjata tajam yang membahayakan nyawa.

Dia menilai klitih yang dilakukan para remaja merupakan bentuk pencarian identitas diri. Para remaja ingin menunjukkan sesuatu atau ingin tampil, namun dengan cara yang salah.

“Jadi mereka ini ingin kelihatan wah di depan temannya, kelihatan wah di depan kelompoknya, bahkan saingannya,” ujarnya.

Menurutnya, anggota gengnya dulu selalu berusaha menyeimbangkan antara kelakuan sebagai anggota geng dengan kegiatan positif.

Baca Juga: Klitih Marak, JPW Minta Pelaku Dihukum Berat dan Diberi Sanksi Sosial

“Kalau dulu sebetulnya Joxzin organisasi anak remaja tetapi mereka masih punya komitmen moral untuk bersosial, olahraga, pengajian bersama. Jadi ada keseimbangan antara dunia sebagai geng yang pasti ada musuhnya dan ukhrawi-nya. Jadi kalau mau berulah, nekat, masih punya iman. Jadi kenakalan itu sebatas wajar, tidak waton hantam kromo seperti sekarang,” ucapnya.

“Kala itu zamannya 1985-1990-an, saya akui waktu itu kalau ketemu teman-teman Qzruh, ketemu teman-teman [geng] TRB, kami berkelahi. Tetapi kebanyakan tangan kosong, di jalan. Setelah itu, ya sudah. Tidak ada rentetan ancam mengancam, tidak ada. Bahkan sekarang yang dituakan di tiga geng itu malah koyo sedulur, kalau kumpul bareng sambil cerita-cerita kenangan masa lalu,” kata pria yang bergabung di Joxzin tahun 1985.

Dia mengatakan kasus klitih yang dilakukan remaja saat ini sudah sangat meresahkan masyarakat Jogja. Ia menyarankan tiga langkah penting yang harus dijalankan.

Pertama, peran orang tua yang serius memonitor anak. Kedua, pemerintah bekerja sama dengan aparat penegak hukum untuk memberantas peredaran miras dan sejenisnya. Ketiga, kembalinya mata pelajaran budi pekerti.

Berita ini telah tayang di Harianjogja.com dengan judul Sesepuh Geng Legendaris Jogja Joxzin Beri Saran untuk Atasi Klithih

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya